Mahasiswa, khususnya dari jurusan yang berkaitan dengan ekonomi tentu sudah hafal betul dengan hukum ekonomi.
Selain dari buku-buku bacaan, mereka juga diajarkan oleh dosen mereka.
Bahwa hukum ekonomi itu adalah harga-harga akan naik jika permintaan banyak, sebaliknya harga-harga cenderung turun jika permintaan sedikit.
Tak pelak hukum itu sangat nyata di momentum seperti sekarang ini, Ramadhan dan Lebaran.
Segala macam kebutuhan Ramadhan dan Lebaran khususnya bahan makanan mengalami kenaikan yang tajam di sekitar Ramadhan dan Lebaran karena permintaan yang banyak.
Namun ada juga oleh-oleh makanan yang harganya cenderung tetap tak berubah di seputar Hari Kemenangan itu.
Ya, oleh-oleh makanan ini kini menjadi salah satu incaran wisatawan yang akan melintasi daerah tertentu di sepanjang perjalanan mudik atau di masa cuti Lebaran nanti.
Mereka biasanya sudah mencari tahu oleh-oleh makanan apa yang khas daerah Bandung misalnya.
Terlebih pada tahun ini pemerintah sudah membuka keran lagi, mengijinkan masyarakat pulang kampung setalah dua tahun tidak diperbolehkan terkait kondisi Pandemi Covid-19.
Hal tersebut disadari oleh para pedagang makanan yang bersifat oleh-oleh. Mereka akan kedatangan lebih banyak wisatawan yang bakal membeli makanan mereka.
Dan kondisi seperti itu disambut positif oleh mereka.
Salah satunya seperti yang diamini oleh Muhammad Kirom, Sekretaris Aspoo (Asosiasi Pengusaha Oleh-oleh) Jawa Tengah.
Kirom sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan bakal melonjaknya pembelian oleh-oleh di daerahnya pada saat cuti Lebaran nanti.
Kirom yang mengelola dodol merek Mubarok itu mengaku sudah mengantisipasi lonjakan yang bakal terjadi wisatawan memborong jenang oleh-oleh khas Kudus itu.
"Sudah siap dari segi produksi, hingga prasarana di museum Jenang untuk memberi kenyamanan wisatawan," katanya.
Kirom mengakui dua tahun terakhir dimana pemerintah melarang mudik merupakan masa-masa paling getir bagi pihaknya. Sedikit wisatawan yang menyambangi pusat oleh-oleh itu.
"Kami menangkap peluang ini untuk dioptimalkan setelah dua tahun sepi," katanya.
Jika Anda melintasi ke Kota Sukabumi, Jawa Barat, ada setidaknya 15 oleh-oleh yang bisa Anda nikmati.
Apa saja?
Bubur ayam, pepes ikan, sate Aci, deblo, geco, nasi uduk ungu, kue mochi, kue jahe, bandros, sekoteng Singapore, surabi Sukabumi, piscok (pisang coklat) Cakra, cokelat unaichoco, Sagon Bakar, dan roti Priangan.
Selain itu Anda juga bisa sekali-kali menjadi Street Food Hunter. Ada banyak "makanan jalanan" di kota dingin tersebut.
Enak-enak, cuma mungkin mereka "tidak punya modal" untuk membeli kios sendiri.
Mungkin juga Anda menilai makanan-makanan khas Sukabumi yang disebutkan di atas sebagai Street Food? Terserah.
Harga-harga street food itu cenderung tetap dan tidak berubah, apa sebabnya, mungkin banyak saingan?
Biasanya di liburan panjang apa lagi di Lebaran seperti sekarang ini pengunjung dari luar kota yang kebetulan singgah di Sukabumi, melintas, atau berwisata, mereka tak melewatkan untuk mencicipi street food seperti yang disebutkan di atas, atau dibawa untuk oleh-oleh.
Tempat wisata yang ramai dikunjungi pada saat liburan panjang di Sukabumi itu di antaranya adalah Kawah Ratu, Gunung Halimun, Pantai Pangumbahan, Pantai Cimaja, Kampung Ciptagelar, dan sebagainya.
Untuk ke kota dingin itu Anda dapat memanfaatkan Tol Bocimi (Bogor-Sukabumi) yang tahap 1 antara Ciawi-Cigombong sudah beroperasi penuh dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2018 lalu.
Saat ini sedang dikerjakan tahap 2 antara Cigombong-Cibadak yang direncanakan selesai akhir tahun 2022 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H