Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kisah Jeong Seok-seo Menjadi Penerjemah Shin Tae-yong, dari 3 Hari jadi 736 Hari

7 Januari 2022   11:06 Diperbarui: 7 Januari 2022   11:09 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jeong Seok-seo dan Shin Tae-yong (style.tribunnews.com)


Apa jadinya seorang pelatih asing tidak dapat berkomunikasi dengan para pemain atau pun pihak-pihak terkait lainnya sehubungan dengan pekerjaannya sebagai seorang coach.

Kita sering mendengar pelatih yang berasal dari luar negeri menangani tim suatu negara. Bagaimana mungkin dia bisa berkomunikasi memberikan instruksi kalau tidak bisa bahasa lokal setempat?

Begitu pula dengan pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.

Adalah seorang Jeong Seok-seo yang bertugas menerjemahkan perbincangan Shin Tae-yong yang berbahasa Korea ke dalam Bahasa Indonesia. Begitu pun saat mantan pelatih negeri ginseng itu berbicara dengan para petinggi sepakbola tanah air.

Berawal dari dipecatnya Simon McMenemy asal Skotlandia, PSSI mencari pelatih baru untuk membenahi persepakbolaan tanah air teristimewa Indonesia sebagai tuan rumah akan berpartisipasi di Piala Dunia U-20 2021.

Setelah dilobi, Shin Tae-yong akhirnya resmi menandatangani kontrak pada 26 Desember 2019 lalu.

Untuk mengatasi keadaan darurat itu, pemerintah menunjuk penerjemah dari Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta.

Untuk sementara pada saat itu, Jeong Seok-seo ditugaskan selama 3 hari mendampingi coach Shin Tae-yong selama berada di Indonesia.

Sebelum menjadi penerjemah di bidang sepakbola, sebelumnya Seok-seo adalah seorang penerjemah lepas. Seok-seo sering menjadi penerjemah dari Bahasa Indonesia dan Korea atau sebaliknya yang berhubungan dengan dunia bisnis atau hiburan.

"Saat itu saya punya banyak teman penerjemah. Teman saya itu memberikan pekerjaan menjadi penerjemah Shin Tae-yong," kata Seok-seo (29).

Jika sebagai translator dalam percakapan sehari-hari itu bisa jadi tidak memiliki kesulitan yang berarti. Namun ada "PR" tersendiri di sepakbola.

Seok-seo mengatakan seorang translator sepakbola harus memahami bahasa sepakbola. Begitu pun dengan penyampaian strategi atau taktik, sampai ke bahasa emosi kepada para pemain pun harus tepat.

Kendati bukan sebagai pesepakbola, namun sejak di SD hingga SMA Seok-seo juga rutin bermain sepakbola. Jadi setidaknya dia mengerti soal olahraga ini.

Jeje (sebutan akrab Jeong Seok-seo) mengatakan mulanya PSSI menugaskan dia hanya 3 hari, namun akhirnya tugasnya itu diperpanjang terus sampai sekarang (736 hari).

"Sesudah tiga hari PSSI sulit mencari penerjemah ternyata," kata Jeje.

Kendati harus mengetahui sepakbola dan itu rumit, namun karena tugas sehari-harinya mendampingi Shin maka tak pelak Jeje pun kini sudah mengenal persepakbolaan Indonesia.

Mungkin juga perpanjangan Jeje sebagai interpreter karena Shin memang suka kepadanya. Shin tahu jika Jeje suka main bola waktu kecil dan remaja, dan dengan demikian Shin merekomendasikan Jeje kepada PSSI.

"Jadi saya tahu sepakbola," kata Jeje.

Lantas bagaimana cikal bakal Jeje datang ke Indonesia?

Seok-seo datang ke Indonesia pada tahun 2008 lalu. Karena mengikuti ayahnya yang berhubungan bisnis di Indonesia. Jadi sudah 14 tahun dia jadi fasih berbahasa Indonesia.

Pada saat kedatangan pertamanya di Jakarta itu Seok-seo masih berstatus pelajar SMA. Jeje lantas meneruskan jenjang pendidikannya di salah satu universitas swasta tersohor di Jakarta jurusan Sistem Informasi.

Kini nyaris setiap hari Seok-seo berada di samping Shin. Selain berkomunikasi dengan para pemain tentunya, pria berusia 52 tahun itu juga tentu harus berhubungan dengan pihak-pihak terkait lainnya terutama para petinggi PSSI.

Selain menerjemahkan Shin juga tentu dengan para asisten yang dibawa Shin dari Korea.

"Tapi ada liburnya juga. Tapi saya sadar mereka (Shin dan asistennya) tidak tahu soal Jakarta. Bahasa Indonesia juga tidak bisa. Jadi saya bantu juga walau libur. Harus selalu standby," ucap Jeje.

Akhirnya jatuh hati kepada sepakbola Indonesia, Jeje mengatakan lebih banyak sukacitanya ketimbang kesedihan.

Jeje merasa senang jika Evan Dimas dkk meraih kemenangan. Namun jika Timnas Indonesia kalah dia merasa sedih.

Seperti ketika kalah melawan Australia di Kualifikasi Piala Asia U-23 2022 bulan Oktober 2021 lalu.

"Saya hampir nangis ketika kalah dari Australia. Para pemain sudah bekerja keras," kata Jeje.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun