Presiden Soeharto dan Widodo Sutiyo (liputan6.com)
Masih ingat Widodo Sutiyo?
Barangkali banyak daripada Anda yang tidak mengetahui atau mengenal siapa sosok yang dimaksud.
Namun bagi Anda yang mengalami masa-masa pemerintahan Soeharto, Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan sosok yang satu ini. Karena dia adalah orang yang paling dekat dengan penguasa orde baru itu.
Ya, dekat dalam arti sebenarnya.
Karena Widodo Sutiyo seorang penerjemah yang selalu mendampingi Pak Harto ketika menerima tamu kenegaraan dari luar negeri.
Widodo Sutiyo, yang menguasai bahasa Inggris, Perancis, dan Italia itu digadang-gadang sebagai satu-satunya penerjemah resmi yang bertugas antara tahun 1968 sampai 1998, hingga saat lengsernya Pak Harto.
Di media televisi atau pun koran, Widodo selalu nampak duduk di tengah-tengah antara Presiden Soeharto dan tamu asingnya sebagai penerjemah.
Dikutip dari tribunjatim.com, Rabu (8/9/2021), ada disebutkan jika dalam bukunya yang berjudul "Pak Harto The Untold Stories" terbitan Gramedia Pustaka Utama 2012, Widodo menuliskan kisah dibalik Timor Timur yang berkaitan dengan Soeharto.
Seusai pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, pada saat itu para pejabat Indonesia mendengar informasi dari Filipina bahwa Presiden Soeharto akan "melepaskan" Timor Timur.
Seperti diketahui negara yang kini bernama Timor Leste dan berbatasan dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) itu sempat menjadi NKRI sejak 1975 dan menjadi propinsi Indonesia yang ke 27.
Setelah referendum, Timor Timur menjadi berdiri sendiri dari Indonesia pada tahun 1999. Dan dua setengah tahun kemudian resmi menjadi negara pada tahun 2002 dan kemudian namanya berubah menjadi Timor Leste.
Sebagai seorang yang sudah makan asam garam mendampingi Soeharto sebagai penerjemah, Widodo tahu betul pada bahasa tubuh Soeharto.
"Terjadi kehebohan setelah diadakan pembicaraan empat mata antara Soeharto dan Ferdinand Marcos di Menado," kata pria berkepala botak itu.
Mendengar berita itu tentu saja pihak Indonesia terkejut karena belum diadakan briefing antara kepala negara dengan para pejabat Indonesia lainnya.Â
"Briefing itu biasa dilakukan setelah adanya pembicaraan antara dua kepala negara," kata Widodo.
Seperti biasanya, Widodo juga pada saat itu berada di tengah-tengah antara kedua kepala negara sebagai penerjemah Soeharto dan Ferdinand Marcos.
Mendengar kabar dari Filipina tadi, pada akhirnya saat itu Menteri Luar Negeri dan Menteri Sekretaris Negara RI mengajukan pertanyaan kepada Widodo soal kebenaran apakah benar Presiden Soeharto akan "melepaskan" Timor Timur?
Lantas apa jawaban dari Widodo?
"Seingat saya Pak Harto tidak mengatakan itu," jawabnya.
Lantas mengapa sampai-sampai pihak Filipina mengabarkan hal itu?
Setelah ditelusuri rupanya ada kesalahpahaman ketika Presiden Soeharto mengangguk-anggukkan kepala sambil mendengarkan Ferdinand Marcos berbicara.
"Hal itu disalahartikan semacam tanda mengiyakan dari Soeharto," kata Widodo.
"Itulah nampaknya yang diteruskan oleh Ferdinand Marcos kepada para stafnya," kata Widodo lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H