Erwin mengutarakan hal serupa. Ia memperingatkan bahwa yang harus diwaspadai saat bermitra bisnis dengan teman adalah sikap terlalu percaya sehingga tidak ada kontrol terhadap pekerjaan teman tersebut.
"Jika teman hanya menjadi investor maka perannya harus jelas sebagai investor. Jika ikut terlibat dan bekerja juga harus jelas. Jangan sampai melakukan pengambilan aset dari keuntungan perusahaan tapi terus tidak dicatat, misalnya," tandas Erwin.
Profesionalisme dan hubungan pertemanan, menurut Erwin, memang perlu dipisahkan.
Tentu, dengan dasar profesionalisme, bukan karena pertemanan lalu merasa kasihan dan memberi pekerjaan atau proyek untuk teman. Unsur seperti ini sebenarnya tidak apa-apa, tetapi tetap harus dilakukan secara profesional.
Hal senada disampaikan Flora. "Kelola bisnis secara profesional, tempatkan seseorang sesuai kapasitas dan kemampuannya, dan pastikan ia memiliki tanggung jawab sesuai job desknya," tandasnya.
Kendati demikian, selalu ada batu sandungan dalam berbisnis, tak terkecuali sebuah bisnis yang dirintis bersama teman ini. Erwin mencatat sejumlah faktor yang lazim yang jadi pemantik masalah, bahkan bisa berujung pecah kongsi.
Di antaranya adalah masalah komunikasi yang tidak jelas dan lengkap, atau masalah perbedaan visi. Ada pula tantangan yang timbul karena partner atau teman berubah sikap, misalnya menjadi serakah dan mau untung sendiri karena melihat peluang bisnis yang menggiurkan.
Lantas, bagaimana jika pada akhirnya terjadi pecah kongsi atau perselisihan dengan teman yang menjadi mitra bisnis?
Flora mengingatkan, mungkin bisnis boleh berakhir, tetapi pertemanan sebisa mungkin jangan sampai rusak. Semua itu kembali lagi ke masing-masing individu, bagaimana ia bisa berjiwa besar dan memisahkan antara bisnis dengan pertemanan atau kekeluargaan.
"Kalau misalnya pecah kongsi, anggaplah itu bisnis yang belum berhasil dijalankan dengan teman kita. Namun, secara pertemanan, dia tetap dan masih teman kita. Karena itu, Anda butuh membuat perjanjian tertulis agar semua menjadi jelas dan Anda bisa bersikap tegas," ujar Flora.
Perjanjian tertulis dibutuhkan agar relasi bisnis tetap profesional dan saling menjaga komitmen. Karena dikelola secara profesional, tentu saja perlu dilakukan sampai ke notaris, pembuatan SOP, job desk, dan prosedur.