Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Plus dan Minusnya Menjalankan Bisnis dengan Teman Sendiri

12 September 2017   09:46 Diperbarui: 12 September 2017   10:35 3246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jokowarino.id

Erwin mengutarakan hal serupa. Ia memperingatkan bahwa yang harus diwaspadai saat bermitra bisnis dengan teman adalah sikap terlalu percaya sehingga tidak ada kontrol terhadap pekerjaan teman tersebut.

"Jika teman hanya menjadi investor maka perannya harus jelas sebagai investor. Jika ikut terlibat dan bekerja juga harus jelas. Jangan sampai melakukan pengambilan aset dari keuntungan perusahaan tapi terus tidak dicatat, misalnya," tandas Erwin.

Profesionalisme dan hubungan pertemanan, menurut Erwin, memang perlu dipisahkan.

Tentu, dengan dasar profesionalisme, bukan karena pertemanan lalu merasa kasihan dan memberi pekerjaan atau proyek untuk teman. Unsur seperti ini sebenarnya tidak apa-apa, tetapi tetap harus dilakukan secara profesional.

Hal senada disampaikan Flora. "Kelola bisnis secara profesional, tempatkan seseorang sesuai kapasitas dan kemampuannya, dan pastikan ia memiliki tanggung jawab sesuai job desknya," tandasnya.

Kendati demikian, selalu ada batu sandungan dalam berbisnis, tak terkecuali sebuah bisnis yang dirintis bersama teman ini. Erwin mencatat sejumlah faktor yang lazim yang jadi pemantik masalah, bahkan bisa berujung pecah kongsi.

Di antaranya adalah masalah komunikasi yang tidak jelas dan lengkap, atau masalah perbedaan visi. Ada pula tantangan yang timbul karena partner atau teman berubah sikap, misalnya menjadi serakah dan mau untung sendiri karena melihat peluang bisnis yang menggiurkan.

Lantas, bagaimana jika pada akhirnya terjadi pecah kongsi atau perselisihan dengan teman yang menjadi mitra bisnis?

Flora mengingatkan, mungkin bisnis boleh berakhir, tetapi pertemanan sebisa mungkin jangan sampai rusak. Semua itu kembali lagi ke masing-masing individu, bagaimana ia bisa berjiwa besar dan memisahkan antara bisnis dengan pertemanan atau kekeluargaan.

"Kalau misalnya pecah kongsi, anggaplah itu bisnis yang belum berhasil dijalankan dengan teman kita. Namun, secara pertemanan, dia tetap dan masih teman kita. Karena itu, Anda butuh membuat perjanjian tertulis agar semua menjadi jelas dan Anda bisa bersikap tegas," ujar Flora.

Perjanjian tertulis dibutuhkan agar relasi bisnis tetap profesional dan saling menjaga komitmen. Karena dikelola secara profesional, tentu saja perlu dilakukan sampai ke notaris, pembuatan SOP, job desk, dan prosedur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun