Sidiarto juga mengingatkan orangtua dan pendidik untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan proses perkembangan anak. "Proses pembelajaran itu berlangsung dari otak bagian belakang ke otak bagian depan, juga dari otak kanan ke otak kiri. Jika prosesnya dibalik, hasilnya tidak akan optimal," katanya. Dalam proses belajar bahasa, misalnya, anak umumnya belajar lewat pemahaman terlebih dahulu (otak belakang), sebelum ia dapat bertutur (otak depan).Â
Karena itu, meski anak belum dapat menjawab atau merespon, tetap ajak terus dia untuk berbicara, karena ia akan melakukan pemahaman atas ucapan-ucapan orang yang ada di sekelilingnya, bahkan sebelum ia dapat mengucapkannya. Belajar berbahasa juga dimulai dengan pemahaman bahasa pragmatik (otak kanan) menuju ke pemahaman bahasa verbal (otak kiri). "Anak perlu diasah kemampuan otak kanannya lewat pemakaian bahasa pragmatis, seperti intonasi, tatapan mata, atau pola giliran berbicara." jelas Sidiarto.
Selain menyesuaikan dengan proses perkembangan, Verauli menekankan perlunya pemberian stimulasi dalam suasana dan cara yang menyenangkan, berbentuk permainan. Dan yang terpenting, orangtua memposisikan diri tidak hanya sebagai sumber pembelajaran melainkan juga sumber kasih sayang bagi anak. Perasaan sayang dan cinta menghasilkan kebahagiaan dan emosi positif bagi anak yang memudahkannya untuk belajar. Jadi, kalau ingin anak Anda dan diri Anda sendiri cerdas, kreatif, sekaligus berwatak positif, mulailah menyelaraskan fungsi otak sekarang juga!