Setelah itu hampir setiap tahun laba PT KAI terus bertumbuh semakin besar sehinnga pada tahun 2013, BUMN tersebut mencatatkan laba sebesar Rp 560,4 miliar.
Dari sisi pertumbuhan asset, asset PT KAI juga tumbuh berlipat ganda dari Rp 5,7 triliun pada 2008, naik hingga tiga kali pada 2013 menjadi Rp 15,2 triliun.
Dari sisi pelayanan, Jonan melengkapi semua kereta  dengan penyejuk udara (AC) dan toilet yang bersih dan memenuhi standar higenitas yang dipersyaraktan serta menegakkan larangan merokok bagi setiap penumpang.
Pembenahan juga dilakukan di dalam stasiun dengan meningkatkan kualitas fasilitas umum seperti toilet gratis dan ruang menyusui pun dibangun di stasiun.
Selain itu semua statsiun KA juga diseterilkan dari para pedagang kaki lima dan calo karcis yang sering mengganggu kenyamanan penumpang dan membuat area stasiun menjadi semrawut dan tidak tertib.
Dari sisi kesejahteraan, penghasilan pegawai PT KAI naik sampai dengan sepuluh kali lipat. Bila pada tahun  2008 -saat awal Jonan menjabat di PT KAI- gaji seorang kepala stasiun hanya sekitar 2.75 juta per bulan pada tahun 2019 gaji mereka bisa mencapai 27.5 juta-Rp 30 juta per bulan.
Sebuah rekor yang fenomenal, bahkan mungkin yang terbaik di dunia, pada sebuah perusahaan negara (BUMN) setiap tahun gaji naik dan dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun kemudian gaji mereka mencapai sepuluh kali lipat dari semula.
Semoga kedepannya ada Jonan-Jonan yang baru yang dapat mengangkat PT KAI setara atau bahkan lebih tinggi dibanding perusahaan KA kelas dunia, seperti Union Pacific Railroad atau Japan Railway Company, baik dari sisi teknologi, asset, pelayanan dan laba perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H