Orang bisa keluar masuk stasiun bukan dari pintu utama tapi dari pagar yang rusak atau celah-celah lain karena tidak ada budget untuk sekedar memperbaiki pagar yang rusak atau membuat yang lebih kuat sehingga tidak mudah dibobol.
Di dalam area stasiun juga banyak kios atau bangunan toko illegal yang berdiri di tanah milik PT KAI dengan aman, tanpa ada yang mengusik, seolah PT KAI tidak berdaya untuk menertibkan mereka yang "menjarah" asset mereka.
Dan masih banyak lagi cerita mengenai bobroknya manajemen PT KAI, mulai dari oknum yang bisa menjual karcis atau tiket sendiri, atau kondektur yang bisa dinego bila kita naik kereta api dan ketahuan tidak beli tiket.
Kondisi yang semrawut, ruwet, mis-manajemen di atas salah satunya disebabkan oleh gaji pegawai PT KAI yang sangat rendah, mulai dari pegawai paling rendah sampai kepala stasiun, bahkan sampai level direktur.
Bahkan sudah menjadi rahasia umum ada  penjaga palang pintu kereta api yang harus mengerjakan pekerjaaan sambilan seperti menjadi ojek atau pekerjaan lain karena gajinya sangat kecil, dan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap tugas utamanya untuk menjaga palang pintu kereta dengan baik dan aman, dimana ratusan nyawa bergantung kepadanya.
Begitu juga untuk level pegawai yang lebih atas, semua membutuhkan "tambahan pemasukan" untuk mengkompensasi gaji mereka yang kecil, baik secara terang-terangan maupun tidak.
Namun semua kondisi memprihatikan diatas pelan-pelan mulai berubah sejak tahun 2008, setelah Ignatius Jonan diangkat menjadi  direktur utama PT KAI. Dan selanjutnya perubahan langkah demi langkah tersebut membawa PT KAI berubah total 180 derajat, tampil memesona sebagai perusahaan kelas dunia yang layak dibanggakan sampai saat ini.
Reformasi yang dilakukan Jonan terhadap PT KAI bukan hanya dari sisi pelayanan baik itu perbaikan dan penambahan gerbong kereta api dan fasilitasnya, penataan ruang di dalam dan diluar stasiun, manajemen operasional kereta api mulai dari pembelian tiket sampai jadwal keberangkatan yang lebih ontime dan lainnya.
Namun juga pada sisi paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia atau pegawai PT KAI, yaitu perbaikan yang signifikan pada kesejahteraan atau gaji yang diterima dan pengembangan diri karyawan.
Sisi lain yang turut diperbaiki adalah sisi manajemen, terutama manajemen asset dan manajemen keuangan yang merupakan "darah" bagi perusahaan agar dapat terus bertumbuh secara berkelanjutan.
Manajemen keuangan merupakan spesialisasi Jonan sehingga tidak heran ketika baru setahun memimpin, beliau berhasil membalikkan kondisi keuangan PT KAI yang semula minus Rp 83,5 miliar pada 2008 namun pada 2009 berhasil mencetak laba Rp 154,8 miliar