Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Indonesia: Warisan Belanda yang Tampil Memesona berkat Tangan Dingin Jonan

7 Oktober 2022   13:30 Diperbarui: 7 Oktober 2022   15:08 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kereta Api Indonesia, Sumber: kompas.com

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jaringan kereta api tertua di Asia setelah India. Bahkan lebih dulu dibanding Jepang dan China pada saat itu. Tentu saja pada saat itu negara Indonesia belum berdiri, masih merupakan wilayah yang dikuasai oleh Belanda.

Jalur kereta api yang ada di Indonesia saat ini merupakan warisan Belanda. Bahkan panjang jalur kereta api dan trem yang dibangun oleh belanda sampai tahun 1928 mencapai 7.464 km, terdiri dari 4.089 km milik pemerintah dan 3.375 km milik swasta.

Sebagai perbandingan panjang jalur kereta api pada tahun 2016 sekitar 5.380 km ini sudah termasuk jalur baru double track yang dibangun pemerintah pada tahun 2014 sepanjang 725 km, jadi sebelum tahun 2014 panjang jalur kereta api hanya 4.655 km.

Bila dibandingkan jaman Belanda maka panjang jalur kereta api berkurang banyak hal ini disebabkan hampir semua jalur trem di kota-kota besar di pulau Jawa sudah tidak difungsikan lagi termasuk beberapa jalur kereta api di daerah terpencil.

Selain itu jalur trem biasanya terkait dengan pembangunan pertanian, terutama perkebunan dan pabrik gula, perkebunan tembakau dan karet, serta kehutanan. Jalur ini saat ini sebagaian besar juga juga tidak berfungsi baik karena perusahaan perkebunan tutup atau digantikan dengan moda transportasi lain.

Sejarah perkeretapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, kota Semarang pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

Pembangunan jalur kereta api ini diprakarsai Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Jalur kereta api dari Kemijen menuju desa Tanggung sejauh 26 Km selesai dan mulai dibuka untuk umum pada 10 Agustus 1867.

Selanjutnya pemerintah Kolonial Belanda dan swasta mulai membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya dengan tujuan untuk mengangkut hasil pertanian yang dihasilkan setelah periode tanam paksa (1830-1850).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Pada 1890 sudah ada 1890km rel di Jawa dan Sumatera. Pada 1900 sudah menjadi 3500km. Puncaknya sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km.

Pada masa pendudukan Jepang periode 1942-1945, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.

Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 maka dilakukan pengambil alihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang, yang puncaknya terjadi di Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 yang dikenal sebagai Hari Kereta Api Indonesia.

Pada tahun 1946 Belanda kembali ke Indonesia, membentuk kembali Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VC), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali Delispoorweg Maatschappij/DSM).

Pada tahun 1950 setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda maka dilakukan pengalihan dan penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA). Pada tanggal 25 Mei 1950 DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).

Pada tahun 1971 Pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), dan selanjutnya pada 1991 PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).

Tahun 1998 Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT Kereta Api Indonesia (Persero) sampai saat ini.

Sejak diambil alih atau dinasionalisasi oleh negara Indonesia dari tangan Belanda sampai dengan tahun 2000-an, tidak ada perubahan yang signifikan dalam perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Pada periode itu Kereta Api identik dengan transportasi masal yang murah meriah bagi rakyat kebanyakan dengan kondisi yang semrawut, over kapasitas, tempat duduk tidak semua diatur dan ada nomernya sehingga orang bebas duduk dimana saja, siapa cepat siapa dapat.

Kondisi dalam kereta juga tidak kalah memprihatinkan, pedagang asongan bebas wira-wiri di dalam gerbong. Untuk kelas ekonomi identik dengan toilet bau dan kumuh bahkan tidak ada penampung sisa orang buang hajat, langsung jatuh di rel kereta. Benar-benar jorok dan barbar.

Demikian pula dengan kondisi di stasiun, terkesan kotor, kumuh, pedagang asongan ada dimana-mana sehingga seringkali mengganggu kenyamanan penumpang.

Orang bisa keluar masuk stasiun bukan dari pintu utama tapi dari pagar yang rusak atau celah-celah lain karena tidak ada budget untuk sekedar memperbaiki pagar yang rusak atau membuat yang lebih kuat sehingga tidak mudah dibobol.

Di dalam area stasiun juga banyak kios atau bangunan toko illegal yang berdiri di tanah milik PT KAI dengan aman, tanpa ada yang mengusik, seolah PT KAI tidak berdaya untuk menertibkan mereka yang "menjarah" asset mereka.

Dan masih banyak lagi cerita mengenai bobroknya manajemen PT KAI, mulai dari oknum yang bisa menjual karcis atau tiket sendiri, atau kondektur yang bisa dinego bila kita naik kereta api dan ketahuan tidak beli tiket.

Kondisi yang semrawut, ruwet, mis-manajemen di atas salah satunya disebabkan oleh gaji pegawai PT KAI yang sangat rendah, mulai dari pegawai paling rendah sampai kepala stasiun, bahkan sampai level direktur.

Bahkan sudah menjadi rahasia umum ada  penjaga palang pintu kereta api yang harus mengerjakan pekerjaaan sambilan seperti menjadi ojek atau pekerjaan lain karena gajinya sangat kecil, dan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap tugas utamanya untuk menjaga palang pintu kereta dengan baik dan aman, dimana ratusan nyawa bergantung kepadanya.

Begitu juga untuk level pegawai yang lebih atas, semua membutuhkan "tambahan pemasukan" untuk mengkompensasi gaji mereka yang kecil, baik secara terang-terangan maupun tidak.

Namun semua kondisi memprihatikan diatas pelan-pelan mulai berubah sejak tahun 2008, setelah Ignatius Jonan diangkat menjadi  direktur utama PT KAI. Dan selanjutnya perubahan langkah demi langkah tersebut membawa PT KAI berubah total 180 derajat, tampil memesona sebagai perusahaan kelas dunia yang layak dibanggakan sampai saat ini.

Reformasi yang dilakukan Jonan terhadap PT KAI bukan hanya dari sisi pelayanan baik itu perbaikan dan penambahan gerbong kereta api dan fasilitasnya, penataan ruang di dalam dan diluar stasiun, manajemen operasional kereta api mulai dari pembelian tiket sampai jadwal keberangkatan yang lebih ontime dan lainnya.

Namun juga pada sisi paling dasar yang dibutuhkan oleh manusia atau pegawai PT KAI, yaitu perbaikan yang signifikan pada kesejahteraan atau gaji yang diterima dan pengembangan diri karyawan.

Sisi lain yang turut diperbaiki adalah sisi manajemen, terutama manajemen asset dan manajemen keuangan yang merupakan "darah" bagi perusahaan agar dapat terus bertumbuh secara berkelanjutan.

Manajemen keuangan merupakan spesialisasi Jonan sehingga tidak heran ketika baru setahun memimpin, beliau berhasil membalikkan kondisi keuangan PT KAI yang semula minus Rp 83,5 miliar pada 2008 namun pada 2009 berhasil mencetak laba Rp 154,8 miliar

Setelah itu hampir setiap tahun laba PT KAI terus bertumbuh semakin besar sehinnga pada tahun 2013, BUMN tersebut mencatatkan laba sebesar Rp 560,4 miliar.

Dari sisi pertumbuhan asset, asset PT KAI juga tumbuh berlipat ganda dari Rp 5,7 triliun pada 2008, naik hingga tiga kali pada 2013 menjadi Rp 15,2 triliun.

Dari sisi pelayanan, Jonan melengkapi semua kereta  dengan penyejuk udara (AC) dan toilet yang bersih dan memenuhi standar higenitas yang dipersyaraktan serta menegakkan larangan merokok bagi setiap penumpang.

Pembenahan juga dilakukan di dalam stasiun dengan meningkatkan kualitas fasilitas umum seperti toilet gratis dan ruang menyusui pun dibangun di stasiun.

Selain itu semua statsiun KA juga diseterilkan dari para pedagang kaki lima dan calo karcis yang sering mengganggu kenyamanan penumpang dan membuat area stasiun menjadi semrawut dan tidak tertib.

Dari sisi kesejahteraan, penghasilan pegawai PT KAI naik sampai dengan sepuluh kali lipat. Bila pada tahun  2008 -saat awal Jonan menjabat di PT KAI- gaji seorang kepala stasiun hanya sekitar 2.75 juta per bulan pada tahun 2019 gaji mereka bisa mencapai 27.5 juta-Rp 30 juta per bulan.

Sebuah rekor yang fenomenal, bahkan mungkin yang terbaik di dunia, pada sebuah perusahaan negara (BUMN) setiap tahun gaji naik dan dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun kemudian gaji mereka mencapai sepuluh kali lipat dari semula.

Semoga kedepannya ada Jonan-Jonan yang baru yang dapat mengangkat PT KAI setara atau bahkan lebih tinggi dibanding perusahaan KA kelas dunia, seperti Union Pacific Railroad atau Japan Railway Company, baik dari sisi teknologi, asset, pelayanan dan laba perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun