Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Dalang di Balik Ledakan Pipa Gas Nord Stream 1&2? Biang Krisis Energi di Eropa?

5 Oktober 2022   21:24 Diperbarui: 6 Oktober 2022   06:55 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan ledakan pipa gas Nord Stream 2 di laut Baltik, Sumber: cnbcindonesia.com

Beberapa hari terakhir ini masyarakat Indonesia dikagetkan dengan berita tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa. Berita yang sangat mengagetkan ini seolah menutup semua berita penting dunia, salah satunya adalah ledakan di jalur pipa gas utama dari Rusia ke Eropa yang terjadi sekitar seminggu sebelumnya.

Pada Hari Senin, 26 September 2022 terjadi ledakan pada pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 di Laut Baltik sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran gas yang sangat besar. "Ada dua kebocoran di sisi Swedia, dan dua kebocoran di sisi Denmark," kata petugas Coast guard, dikutip AFP.

Proyek pipa Nord Stream 2 yang dibangun oleh perusahaan Gazprom Rusia melewati laut Baltik tujuannya adalah untuk memperpendek jalur pengiriman pipa gas dari Rusia ke Uni Eropa yang selama ini melewati Ukraina.

Jalur Pipa Gas dari Rusia ke Eropa, Sumber: aogr.com
Jalur Pipa Gas dari Rusia ke Eropa, Sumber: aogr.com

Kebocoran ini terjadi di tengah ketegangan Rusia dan negara Barat. Sebelum ini Rusia telah memutuskan untuk menghentikan pasokan gas ke sejumlah negara Eropa sebagai reaksi atas sanksi yang diberikan ke Rusia karena menginvasi Ukraina.

Masyarakat dunia, khususnya Eropa dan Amerika Serikat dibuat gempar atas kabar kebocoran pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 di Laut Baltik pada Senin lalu.

Negara-negara di wilayah Eropa telah dilanda krisis energi sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari lalu karena sebagain besar pasokan gas mereka berasal dari Rusia.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Rusia mulai mengurangi pasokan gas ke negara-negara Eropa yang melalui pipa Nord Stream 1 sejak bulan Juni dan akhirnya pasokan benar-benar dihentikan pada Agustus.

Respon negara-negara Eropa dalam menghadapi penghentian pasokan gas dari Rusia berbeda-beda tapi pada dasarnya mereka akan mencari pasokan pengganti dari negara lain sesuai dengan situasi masing-masing.

Sebagai contoh, Italia mengonsumsi 29 miliar meter kubik (bcm) gas Rusia tahun lalu, setara dengan 40% dari total impor gas mereka. Secara bertahap menggantikan kekurangan pasokan dari Rusia dengan peningkatan impor dari negara Afrika utara.

Sementara itu, Jerman mengimpor sekitar 58 bcm gas dari Rusia setara dengan 58% dari konsumsi Nasional, dan belum menemukan pasokan pengganti jangka panjang yang cukup dari negara lain.

Komposisi ekspor Gas Rusia ke berbagai negara, Sumber: www.eia.gov
Komposisi ekspor Gas Rusia ke berbagai negara, Sumber: www.eia.gov

Ditengah krisis Energi yang diakibatkan oleh dihentikannya pasokan gas dari Rusia, terjadilah aksi peledakan jalur pipa gas Nord Stream-1 (jalur lama) dan Nord Stream 2 (jalur baru) yang  memupus harapan untuk memulihkan pasokan gas dari Rusia melalui jalur tersebut.

Aksi yang disebut sebagai sabotase atau ulah terorisme negara karena untuk melakukan peledakan pipa tersebut butuh teknologi, peralatan dan skill seorang professional mengingat pipa tersebut terbuat dari baja tahan karat khusus dengan ketebalan 4cm ditambah dengan lapisan luar berupa beton setebal 10cm.

Posisi pipa juga berada 70m dibawah air. Aksi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh kelompok teroris biasa atau amatir karena perlu persenjataan berat atau alat peledak dengan hulu ledak 80-120kg untuk dapat merusakkan pipa tersebut.

Selain itu titik kebocoran berjarak 50km satu sama lain, terlalu jauh untuk satu bencana alam atau kerusakan yang tidak disengaja. Dan semua titik kebocoran berada di laut internasional sekitar 2-3Km dari perairan Denmark.

Berdasarkan fakta tersebut menurut Professor Michael Clarke seorang analis pertahanan dari King's College London menyatakan bahwa kejadian ini mengarah pada sabotase.

Terkait kejadian ini kedua belah pihak, yaitu Rusia dan NATO (Uni Eropa dan Amerika Serikat) saling tuding sebagai dalang dari peristiwa ini.

NATO menduga kuat kebocoran itu akibat sabotase. NATO juga mengancam bakal menindak pihak yang diduga melakukan sabotase hingga memicu kebocoran pipa gas Nord Stream.

"Setiap serangan yang disengaja terhadap infrastruktur penting Sekutu akan ditanggapi dengan tanggapan bersama dan tegas," bunyi pernyataan NATO yang dikutip Reuters, Kamis (29/9).

Melalui pernyataan resmi, NATO menegaskan bahwa jalur pipa gas yang menghubungkan Rusia dan Eropa itu melewati negara anggota mereka, termasuk Denmark.

Beberapa pejabat AS mengatakan bahwa hanya Rusia yang punya alasan dan kemampuan untuk merusak jalur pipa gas tersebut.

Sebaliknya Rusia menuding kebocoran yang memuntahkan gas ke Laut Baltik dari pipa Nord Stream ke Jerman merupakan hasil dari terorisme yang disponsori negara.

Secara terus terang Rusia menuduh Amerika Serikat sebagai dalang dugaan kebocoran ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan kesimpulan ini didasarkan pada pernyataan Joe Biden pada 7 Februari 2022 atau sebelum invasi Rusia ke Ukraina, bahwa Nord Stream akan tamat jika Rusia menginvasi Ukraina

Lebih lanjut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, "Ini terlihat seperti aksi terorisme, mungkin di tingkat negara. Sangat sulit untuk membayangkan bahwa tindakan terorisme semacam itu bisa terjadi tanpa keterlibatan suatu negara," dikutip dari Reuters, Jumat, 30 September 2022.

Rusia menyebut Amerika Serikat mengambil keuntungan atas masalah ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Washington dapat meningkatkan penjualan gas alam cair (LNG) jika jaringan pipa tidak digunakan.

Silang pendapat semakin meruncing ini didukung oleh beberapa argumen yang didasarkan pada analisa sesuai fakta yang diklaim oleh kedua belah pihak.

Berikut ini beberapa Analisa yang disampaikan oleh Rusia bahwa dalang dari semua ini adalah Amerika Serikat, yang dirangkum dari berbagai sumber.

  • Amerika Serikat ingin melemahkan 1 dari 2 pesaing utama dalam bidang Ekonomi (Uni Eropa dan China) dengan memperparah krisis energi yang sedang terjadi di Eropa sehingga akan menyebabkan deindustrialisasi Eropa.
  • Pada saat yang sama Amerika Serikat menambahkan satu masalah lagi bagi Rusia selain perang melawan Ukraina
  • Eropa akan semakin tergantung kepada Amerika Serikat dalam semua bidang baik ekonomi, politik, militer dan lainnya
  • Amerika akan memperluas pasar gas-nya ke Eropa

Sementara itu Amerika Serikat menuduh Rusia adalah dalang dibalik ledakan pipa gas Nord Stream 1 dan 2, berdasarkan Analisa sebagai berikut:

  • Hanya Rusia yang punya alasan dan kemampuan untuk merusak jalur pipa gas tersebut
  • Rusia ingin "menghukum" Eropa karena ikut-ikutan memberi sangsi kepada Rusia dengan menghancurkan salah satu jalur pasokan gas utama ke Eropa.
  • Pembangunan pipa gas ini merupakan Kerjasama antara Gazprom-Rusia sebagai supplier dan Uni Eropa sebagai konsumen dan merupakan salah satu bagian dari infrastruktur gas di Eropa
  • Rusia ingin menunjukkan powernya kepada Uni Eropa dan Amerika Serikat agar tidak terlalu mencampuri invasi mereka ke Ukraina

Hingga kini, belum ada informasi pasti mengenai kebocoran pipa gas Nord Stream dan dugaan sabotase di baliknya. Kedua belah pihak masih bersikukuh dengan argument masing-masing.

Sementara itu para ahli telah mengingatkan bahwa bila kebocoran pipa Nord Stream 1 dan 2 tidak segera diperbaiki maka jalur pipa tersebut akan tidak bisa digunakan selamanya karena air laut akan yang masuk ke dalam pipa akan menyebabkan korosi yang meluas.

Sebenarnya kerusakan pipa ini dapat secepatnya diperbaiki namun tentu saja butuh biaya yang sangat besar dan teknologi tinggi. Namun sebelum jelas siapa yang harus bertanggungjawab tentu pekerjaan perbaikan ini tidak bisa dilakukan.

Peristiwa ini merupakan permainan intelejen tingkat tinggi antara Rusia dan Amerika Serikat dengan skenario yang rumit dan tidak terduga mirip plot film mission impossible.

Bagaimanapun juga misteri harus dipecahkan secepat-cepatnya sebelum kerusakan jalur pipa gas Nord Stream 1 dan 2 menjadi kerusakan permanen yang tidak mungkin diperbaiki lagi.

Bila masalah ini berlarut-larut dan tidak ada titik terangnya maka negara-negara eropa yang akan menjadi korbannya. Krisis energi akan meluas dan tidak jelas kapan akan berakhir sementara musim dingin sudah di depan mata dan perlu pasokan energi yang cukup agar tidak terjadi masalah kemanusiaan yang lebih besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun