Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Sindrom Galapagos, Alasan Hilangnya Ponsel Jepang serta Membanjirnya Ponsel Korea Selatan dan China di Pasar Global

2 Juni 2022   22:49 Diperbarui: 3 Juni 2022   10:48 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik Samsung. Sumber: Samsung via Kompas.com

Penjualan ponsel pintar atau smartphone di seluruh dunia selama tahun 2021 mencapai 1,35 miliar unit, jumlah ini mendekat level sebelum pandemi yaitu 1,37 milyar unit di tahun 2019 dan meningkat sebesar 7% bila dibandingkan tahun 2020.

Lima besar penguasa penguasa pasar ponsel pintar global, yang pertama adalah Samsung dengan total pengiriman 274,5 juta unit dengan pangsa sebesar 20%. Peringkat selanjutnya adalah Apple (230,1 juta unit; 16,8%), Xiaomi (191,2 juta unit; 14%), Oppo (145,1 juta unit; 10,6%) dan Vivo (129,9 juta unit; 9,5%).

Untuk pasar ponsel pintar di Indonesia, menurut riset riset yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC), penguasa penguasa pasar ponsel pintar sepanjang tahun 2021 yaitu: Oppo (pangsa pasar sekitar 20,8 persen) Xiaomi (19,8 persen) Vivo (18,1 persen) Samsung (17,6 persen) Realme (12,2 persen).

Dari data diatas tidak ada satupun ponsel buatan Jepang yang masuk ke lima besar penguasa pasar ponsel global dan Indonesia. Terakhir ponsel buatan Jepang yang masuk lima besar penguasa pasar ponsel global adalah Sonny Erricson dengan pangsa pasar 4.3% di tahun 2009.

Tahun 2009 juga merupakan tahun puncak kejayaan Nokia yang menguasai pasar ponsel global dengan pangsa pasar sebesar 39%. Meskipun demikian Nokia mengalami kesulitan untuk masuk pasar ponsel di Jepang.

Ada berbagai teori yang menjelaskan mengenai senjakala industri ponsel pintar jepang di era 2000-an dan pada saat yang sama industri ponsel Korea Selatan justru tumbuh luar biasa yang kemudian disusul oleh China.

Teori pertama dikaitkan dengan kondisi atau komposisi tenaga kerja di Jepang saat ini dimana penduduk usia tua jauh lebih banyak dibanding dengan generasi mudanya.

Padahal generasi muda inilah yang merupakan konsumen terbesar gadget dan dan sebagai pengguna mereka juga lebih tahu mengenai apa yang dibutuhkan dan diinginkan dari sebuah produk gadget atau ponsel pintar.

Generasi muda juga lebih progresif dan lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi baru dan mereka memiliki semangat dan energi yang lebih besar dalam berkarya dan berinovasi dibanding generasi tua yang dianggap lebih menyukai kemapanan atau status quo.

Namun teori diatas tidak sepenuhnya benar, ada penyebab lain yang disebut dengan Galapagos syndrome. Berdasarkan teori ini justru penerapan kemajuan teknologi yang terlalu cepat dibanding yang lain membuat produk Jepang tidak "sesuai" dengan pasar yang sedang berkembang dan akibatnya tidak bisa diterima oleh pasar secara luas.

Istilah Sindrom Galapagos secara sederhana artinya adalah fenomena ketika Isolasi menyebabkan perbedaan dibanding populasi lainnya yang lebih umum.

Istilah ini berawal dari Kepulauan Galapagos, sekelompok pulau kecil yang terisolasi 1000 km di lepas pantai Ekuador. Di tempat ini Charles Darwin mengamati kelompok burung, kura-kura, dan satwa liar lainnya yang cukup berbeda, dibandingkan dengan satwa sejenis yang hidup di tempat lain di dunia.

Pengamatan ini yang mendasari teori evolusi Darwin yang percaya bahwa isolasi mempengaruhi perkembangan, dan adaptasi terjadi untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tertentu. Hal ini menyebabkan perbedaan yang nyata dalam spesies yang sama.

Dalam bisnis modern, "Sindrom Galapagos" telah menjadi metafora yang digunakan untuk menggambarkan produk, layanan, dan bahkan proses yang telah berkembang dengan fokus pada satu pasar atau budaya, menjadikannya berbeda jika dibandingkan dengan bagian dunia lainnya.

Gedung Samsung, Produsen ponsel pintar terbesar dunia, Sumber: progres.id
Gedung Samsung, Produsen ponsel pintar terbesar dunia, Sumber: progres.id

Sindrom Galapagos pada produk ponsel pintar di Jepang

Jaringan seluler yang pertama kali di dunia dibangun oleh Nippon Telegraph and Telephone (NTT) pada tahun 1979 dan lima tahun setelah itu atau tepatnya pada tahun 1984 jaringan seluler 1G mulai diluncurkan yang mencakup seluruh daerah di Jepang.

Pada tahun 1999, saat orang Indonesia masih menganggap SMS sebagai teknologi yang canggih, orang Jepang sudah bisa berkirim e-mail lewat ponsel saat NTT DoCoMo meluncurkan layanan i-mode untuk mengakses internet di seluruh wilayah Jepang.

Pada tahun 1999, Kyocera sudah membuat ponsel layar berwarna dan pada tahun 2000 Jepang meluncurkan ponsel kamera pertama di dunia. Pada tahun 2001 Jepang mulai mengadopsi teknologi 3G dan memperkenalkan pembayaran seluler pada tahun 2004.

Pada masa itu perkembangan teknologi komunikasi nirkabel di Jepang telah melampaui belahan dunia lainnya. Nokia yang pada saat itu berjaya di banyak negara, termasuk Indonesia, justru tak berdaya untuk bersaing di pasar Negeri Sakura.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan ponsel di Jepang saat itu yang baru bisa ditemukan di negara lain beberapa tahun kemudian, seperti membayar tiket kereta komuter atau belanja di minimarket lewat ponsel (saat ini bisa dilakukan dengan NFC atau lewat dompet digital), membaca novel (saat ini sudah ada situs yang menyediakan novel untuk dibaca), menonton siaran televisi (sekarang menggunakan layanan streaming) dan sebagainya.

Karena teknologi pada ponsel Jepang yang terlampau maju untuk zamannya, sehingga teknologi ini tidak dapat diekspor ke luar Jepang oleh produsen tersebut. Produsen ponsel yang menguasai pasar Jepang kala itu antara lain Panasonic, Kyocera, Sony, dan Sharp.

Hal ini juga diperkuat dengan fakta bahwa hampir semua ponsel di Jepang dibeli dengan sistem kontrak dengan operator seluler seperti NTT DoCoMo dan SoftBank. Ini juga menyebabkan kesulitan bila ponsel ini digunakan di luar Jepang, ponsel harus dimodifikasi dulu agar dapat menggunakan SIM dari layanan operator seluler negara lain.

Kemajuan teknologi yang melampaui zamannya dan layanan yang hanya cocok untuk masyarakat Jepang seolah-olah membuat pasar ponsel di Jepang berbeda dengan negara-negara di belahan bumi lainnya.

Perbedaan ini seolah-olah membuat Jepang tertahan beberapa tahun dalam perkembangan pasar ponsel sebelum akhirnya mereka menyadari perkembangan teknologi ponsel di luar Jepang ternyata sudah jauh meninggalkan teknologi ponsel Jepang saat itu.

Jepang akhirnya diserbu ponsel pintar dengan teknologi yang sama sekali berbeda pada pertengahan 2010-an, lewat iPhone dengan teknologi layar sentuhnya.

Saat ini hanya Sony dan Sharp yang masih eksis dengan produk andalan mereka yaitu seri Sony Experia dan Sharp Aqous.

Meskipun Jepang telah menjadi innovator dan pioneer di bidang teknologi seluler melalui produk ponsel pintarnya selama bertahun-tahun, namun Sebagian besar inovasi diarahkan ke pasar domestik dengan sedikit penyesuaian ke pasar internasional.

Misalnya, ketika Sharp meluncurkan ponsel kamera pada tahun 2000, ponsel ini menjadi sangat populer, dan berkembang sangat cepat di Jepang, namun di pasar global perkembangannya tidak secepat itu.

Beberapa tahun kemudian di luar negeri, Apple dan Android meluncurkan ponsel pintar tandingan yang memanfaatkan teknologi serupa dengan yang tersedia di Jepang beberapa tahun sebelumnya, tetapi dengan penyesuaian yang jauh lebih besar di seluruh dunia.

Saat ini ponsel berbasis Android yang dipelopori oleh Samsung dan diikuti oleh pabrikan China mendominasi hampir 80% pangsa pasar ponsel pintar global, dan hanya menyisakan Apple sebagai produsen ponsel pintar terbesar ke dua dengan pangsa pasar global sekitar 16.8%.

Sungguh ironis, perusahaan-perusahaan ponsel pintar Jepang yang merupakan pioneer di bidang teknologi jaringan seluler pada masa awal-awal perkembangannya, justru saat ini tidak ada satupun yang masuk sebagai lima besar atau bahkan sepuluh besar produsen ponsel pintar dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun