Hari-hari menjelang Lebaran seperti saat ini, salah satu berita favorit saya adalah perkembangan mudik dengan segala lika-likunya. Momen mudik bukan sekedar perjalanan pulang ke tempat asal kita, ada filosofi dan makna yang dalam dibalik semua itu.
Mudik tahun ini benar-benar membangkitkan romantisme mudik sebelum pandemi covid-19. Meskipun masih harus melalui prokes standar covid-19 bagi yang belum vaksin booster namun hal ini tidak menghalangi antusiasme masyarakat untuk mudik.
Istilah mudik memang hanya ada di Indonesia namun makna dan ritual atau prosesi mudik atau pulang kampung sifatnya universal. Dalam tiap budaya ada ritual atau tradisi untuk kembali ke tempat asal.
Sebagai contoh di negara tetangga kita, di Malaysia tradisi balik kampung ini bisa dilakukan tiga kali dalam setahun. Tradisi ini dirayakan pada saat hari raya Aidilfitri (Idul Fitri), Tahun Baru Cina (Imlek) dan Deepavali/Diwali.
Bahkan di negara maju seperti di Amerika Serikat, masyarakat di sana juga punya tradisi pulang kampung yang dilakukan pada saat perayaan Thanksgiving day.
Thanksgiving merupakan tradisi masyarakat di Amerika Serikat yang telah dewasa dan tinggal di tanah rantau untuk kembali ke kampung halaman demi berkumpul bersama keluarga besar untuk menguatkan kembali hubungan kekeluargaan serta menghangatkan cinta kasih diantara mereka.
Demikian juga di Cina, pada saat perayaan Tahun Baru Imlek warga Cina di perantauan akan pulang kampung untuk bertemu keluarga dan kerabat di kampung halaman.
Bahkan tradisi mudik tahunan saat imlek ini disebut juga sebagai migrasi manusia terbesar di dunia karena miliaran perjalanan selama libur imlek.
Tradisi pulang kampung ini disebut dengan Chunyun yang artinya "pergerakan musim semi" biasanya akan berlangsung selama 40 hari, antara bulan Februari sampai Maret, meskipun secara resmi libur nasional Tahun Baru Imlek hanya tujuh hari.
Di negara kita tercinta ini istilah mudik awalnya muncul ketika para perantau di Jakarta yang mayoritas berasal dari Jawa pulang ke tempat asal mereka saat libur Lebaran atau Idul Fitri.
Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik". Dalam bahasa Betawi, "udik" berarti kampung. Akhirnya, istilah ini mengalami penyederhanaan dari "udik" menjadi "mudik".
Namun saat ini mudik memiliki arti yang luas, bukan hanya bagi mereka yang merantau di Jakarta namun juga kota-kota lainnya di Jawa. Sehingga istilah mudik mengacu pada orang yang merantau atau tinggal jauh dari kampung halamannya dan kembali ke tempat asal mereka.
Jumlah pemudik di Lebaran tahun ini diperkirakan mencapai 85 juta orang. Dari angka tersebut, 14 juta pemudik diperkirakan berasal dari Jabodetabek.
Sementara, jumlah pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi diprediksi terdiri dari 23 juta mobil dan 17 juta sepeda motor (Kompas.com, 20/04/2022).
Angka-angka ini bukan angka-angka yang kecil, dari 23 juta mobil yang digunakan untuk mudik sebagian merupakan mobil butut yang usianya sudah lebih dari 10 tahun.
Menurut data dari Gaikindo, angka penjualan mobil di Indoneia selama sepuluh tahun terakhir rata-rata sekitar 1 juta unit per tahun. Bila mobil dengan usia sampai dengan 10 tahun dianggap kondisinya cukup bagus maka ada sekitar 13 juta mobil yang umurnya sudah cukup tua dan sebagian mungkin performanya kurang bagus.
Mobil tua yang performanya kurang bagus tentu saja berpotensi terjadi masalah saat digunakan dan juga tidak nyaman. Namun demikian sebagian besar masyarakat akan tetap memilih menggunakan mobil butut seperti ini dibanding naik Bus gratis yang biasanya diselenggarakan instansi pemerintah dan perusahaan swasta.
Salah satu alasan mereka mau mengambil resiko dengan menggunakan mobil butut yang kemungkinan besar akan "trouble" selama perjalan dan tidak senyaman naik bus gratis yang tinggal duduk manis adalah karena mereka menikmati perjalanan itu sendiri dengan segala sensasinya.
Bagi sebagian orang perjalanan itu sendiri dengan segala lika-liku dan sensasinya sangat menyenangkan. Sehingga mereka tidak segan mengambil resiko mengalami kerepotan dan ketidaknyamanan saat bawa kendaraan sendiri dibanding hanya duduk manis di kendaraan umum atau transportasi massal.
Untuk memperkecil resiko yang akan terjadi karena kendaraan yang akan kita gunakan mudik mengalami kerewelan atau bahkan mogok di jalan maka perlu persiapan ekstra, baik sebelum maupun selama perjalanan mudik.
Persiapan kondisi mobil sebelum mudik antara mobil yang usia kurang dari 10 tahun dan mobil yang lebih berumur kurang lebih hampir sama yaitu kondisi mobil harus diperiksa secara lengkap atau diservis pre-touring. Tips nya sudah banyak dibagikan oleh teman-teman di sini.
Sedikit perbedaannya untuk mobil yang cukup tua kita harus bisa menerima kondisi apa adanya tidak perlu semua suku-cadang yang tidak standar diganti, justru akan makin boros dan belum tentu akan mengurangi masalah yang akan timbul. Kecuali untuk komponen vital yang mengganggu fungsi utama mobil.
Persiapan khusus untuk mobil tua atau atau mobil butut yang perlu kita lakukan adalah persiapan untuk kondisi terburuk atau persiapan menghadapi kondisi emergensi yang mungkin akan terjadi.
Berikut ini persiapan perlengkapan yang wajib kita bawa bila kita menggunakan mobil yang cukup tua atau mobil butut:
A. Perlengkapan bila mobil rewel
1. Perlengkapan suku cadang mobil yang umum (sesuai dengan merk dan tipe mobil)
- Fuse / sekering (mobil tua biasanya kelistrikannya sering rewel)
- Tali kipas cadangan (bila kipas mati mesin akan overheating)
- Lampu emergency dan senter
- Tool (tang, obeng, kunci pas, dll, minimal seperti standar perlengkapan mobil baru)
- Kawat besar / kecil
- Kertas gosok / ampelas
- Pompa ban dan repair kit (alat tambal ban portable)
- Dongkrak (minimal seperti standar perlengkapan mobil baru)
2. Perlengkapan tambahan saat emergensi
- P3K
- Selotip / gum tape / double tape
- cutter / gunting kecil
- Kayu ganjal ban (bila ada)
- Jas hujan, payung
- Rompi (dapat berpendar), topi
- Segitiga pengaman / rambu-rambu yang dapat berpendar
B. Perlengkapan pribadi
- Air minum ekstra (galon 5 liter)
- Makanan ringan / snack / permen pelega tenggorokan
- minyak kayu putih / minyak telon
- masker dan hand sanitizer cadangan
- counter pain / balsem
- obat penurun panas / pereda nyeri
- vitamin C, minuman penyegar
- kartu toll / e-money, tongtoll
- power bank + kabel (mobil lama biasanya tidak ada colokan usb)
Perlengkapan di atas dapat disesuaikan baik jenis dan jumlahnya tergantung dari kondisi mobil, jarak yang ditempuh, rute yang dipilih dan waktu perjalanan.
Pada prinsipnya perlengkapan di atas wajib ada ketika kita menghadapi situasi terburuk seperti mobil mogok atau  macet panjang berjam-jam dan kendaraan tidak bisa bergerak.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah indikator BBM pada mobil, sebaiknya bila tinggal setengah harus segera diisi untuk mengantisipasi macet panjang atau kondisi dimana lokasi SPBU jarang atau berjauhan.
Saya pernah mengalami, menunda-nunda isi BBM karena malas berhenti dan antri. Dalam perjalanan ke Bali saat memasuki kawasan Taman Nasional atau hutan Baluran indikator BBM menyala karena tinggal satu strip, mau balik ke Asembagus (lokasi SPBU terakhir) sudah cukup jauh tapi mau lanjut harus melewati hutan yang masih panjang.
Akhirnya kami terus melaju dengan kondisi AC mobil dimatikan dan kecepatan mobil dibuat langsam dengan menekan pedal gas sedikit dan menghindari sama sekali pengereman. Dan untungnya mobil dapat mencapai SPBU selanjutnya setelah lepas dari Taman Nasional Baluran.
Dan untungnya lagi kejadian tersebut terjadi di hari biasa yang sepi dan tidak ada kemacetan, untuk libur panjang Lebaran harus ekstra hati-hati, apalagi kalau sedang terjebak kemacetan yang tidak terduga.
Pengalaman lain adalah saat terjebak macet dan kebelet pipis, apalagi kalau macetnya panjang tidak ada toilet disekitar, untuk penumpang laki-laki mungkin perlu mempersiapkan semacam "pispot emergency", yang repot kalau penumpangnya wanita mau tak mau harus cari toilet terdekat.
Demikian tips mudik dengan menggunakan mobil butut atau mobil lawas yang kondisinya tentu saja tidak sesehat mobil yang relatif baru. Kuncinya adalah persiapan yang lebih baik dan biasanya kalau sudah disiapkan seringkali malah tidak terpakai sama-sekali.
Namun demikian, lebih baik persiapan yang baik dan lengkap meskipun belum tentu dipakai daripada tidak siap dan harus menghadapi kondisi terburuk yang datang tanpa diduga-duga.
Bagi yang melakukan ritual mudik, semoga mudik tahun ini diberikan kelancaran dan kemudahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI