Beberapa hari belakangan ini dunia dikejutkan dengan pembantaian warga sipil yang terjadi di kota Bucha, tidak jauh dari ibukota Ukraina Kyiv. Ratusan mayat warga sipil tergeletak di jalan-jalan di kota Bucha, beberapa diantaranya tampak diikat tangannya ke belakang punggungnya sebelum ditembak.
Selain itu juga ditemukan kuburan massal di salah satu parit yang digali dengan tergesa-gesa di belakang sebuah gereja di kota Bucha. Menurut salah seorang petugas penyelamat ada 57 mayat yang dikubur pada kuburan massal tersebut.
Presiden Ukraina Volodymy Zelenskyy mengatakan pada 3 April 2022 bahwa Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha, di luar Kyiv. Banyak ditemukan mayat yang tergeletak di jalan setelah kota itu direbut kembali oleh tentara Ukraina.
Dia juga menuduh Rusia melakukan genosida dan berusaha melenyapkan "seluruh bangsa" Ukraina, setelah penemuan mayat warga sipil dan kuburan massal di Bucha.
Ukraina dan negara-negara Barat menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang setelah penemuan kuburan massal dan "mengeksekusi" warga sipil. Inggris, Prancis, Jerman, AS, dan NATO semuanya menyuarakan kengerian atas peristiwa tersebut.
Uni Eropa mengutuk keras "kekejaman" yang terjadi di kota-kota Ukraina yang telah diduduki oleh pasukan Rusia dan bersumpah untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.
Namun demikian pihak Rusia secara tegas membantah tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di dekat Kyiv. "Kami dengan tegas menolak semua tuduhan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Dalam hal ini kedua belah pihak saling menuduh bahwa pihak lain telah merekayasa fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan bukti-bukti yang mereka punya serta argumentasi mengenai skenario rekayasa atas peristiwa ini telah dilakukan oleh pihak lain.
Ukrania memberikan bukti dengan adanya mayat yang bergelimpangan di jalan-jalan di kota Bucha, serta ditemukannya kuburan massal di beberapa tempat yang mengindikasikan proses penguburan dilakukan dengan tergesa-gesa untuk menutupi kejadian ini.
Temuan mayat di jalan dan kuburan massal ini terjadi setelah pasukan Rusia meninggalkan kota Bucha dan pasukan Ukrania merebut dan mengamankan kota Bucha dari pasukan Rusia. Jadi tertuduh satu-satunya yang melakukan pembantaian warga sipil di kota Bucha adalah pasukan Rusia.
Di pihak lain Rusia juga memberikan bukti-bukti berupa gambar / foto ataupun video mengenai kondisi warga kota Bucha sebelum mereka meninggalkan kota tersebut. Sama sekali tidak ada warga sipil yang ditembak atau dalam keadaan terikat tangannya.
Demikian juga beberapa pemilik dan administrator dari beberapa saluran telegram non-politik Rusia yang tergabung dalam proyek "Perang Melawan Berita Palsu" atau "War on Fakes" juga telah melakukan klarifikasi mengenai peristiwa ini.
Kelompok ini mengklaim bahwa mereka adalah komunitas yang netral, independen dan tidak memiliki interes politik tetapi bertujuan untuk memberikan informasi yang tidak memihak tentang apa yang terjadi di Ukraina. Misi mereka adalah memastikan bahwa hanya ada publikasi objektif di ruang informasi.
Berikut ini kronologi peristiwa di Kota Bucha, wilayah Kyiv menurut versi kelompok ini:
30 Maret, 2022 -- pasukan Rusia keluar dari wilayah Kyiv, termasuk dari Kota Bucha. Pasukan Artileri Ukraina terus melanjutkan serangan pada pasukan Rusia yang sedang keluar dan area permukiman kota (serangan tersebut dilakukan pada tanggal 30---31 Maret).
31 Maret -- Wali Kota Bucha Anatoly Fedoruk dalam pesan video mengkonfirmasi bahwa tidak ada pasukan Rusia di kotanya. Selain itu, tidak ada penduduk yang ditembak ataupun yang tangannya terikat ditemukan di jalan-jalan.
1 April -- Wakil Dewan Kota Rakyat Ekaterina Ukraintseva dalam akun Facebook-nya menginformasikan pelaksanaan operasi pembebasan Kota Bucha. Dalam pesan video, dia meminta penduduk setempat tidak mengganggu operasi pembebasan.
Pada malam 1 April -- muncul pesan-pesan tentang diberlakukannya jam malam (sampai pukul 06:00 pagi tanggal 5 April), penduduk setempat dilarang keluar dari rumah. Pada saat yang sama, pasukan Ukraina memublikasikan video mereka dari jalan-jalan Kota Bucha dan tidak ada seorang pun yang ditembak. Jam malam ditiadakan tanggal 3 April.
2 April -- Polisi Nasional Ukraina memublikasikan video di YouTube dari Kota Bucha tentang operasi pembebasan kota itu dan tidak ada orang yang ditembak.
2 April -- dari arah yang berlawanan, satuan pertahanan wilayah dari Kyiv masuk Kota Bucha. Di antara mereka ada unit yang dikepalai Botsman (nama asli Sergey Korotkih, dikenal di Rusia sebagai orang neo-Nazi yang sejak tahun 2014 berperang dalam batalion "Azov". Justru dia yang memberikan perintah untuk menembak orang tanpa ada tanda khusus, yaitu warga sipil biasa.
Dalam video salah satu prajurit batalion yang dikepalai Botsman dia bertanya: "Ada orang-orang yang tidak bertanda apa pun, boleh kita tembak mereka?". "Tentu!" -- ada yang menjawab.
3 April -- pasukan Ukraina masuk Kota Bucha, muncul pesan-pesan tentang pembunuhan massal warga sipil, banyak foto dan video disebarluaskan.
Analisis video membuktikan bahwa banyak di antara mereka yang dibunuh memakai kain putih pada tangan mereka -- lambang status netral atau persahabatan terhadap pasukan Rusia. Kemungkinan besar orang-orang tersebut dibunuh pasukan Ukraina karena "bekerja sama" dengan Rusia.
Pada saat yang sama, salah satu video lain semakin populer. Video itu menunjukkan beberapa orang dibunuh di ruangan yang disitu mereka seakan-akan disiksa. Dalam video itu, sekali lagi muncul orang dengan kain putih (simbol pasukan Rusia) pada tangan mereka.
Malam hari, 3 April -- Kementerian Pertahanan Federasi Rusia memublikasikan pernyataan resmi yang membantah tuduhan rezim Kyiv atas pembunuhan warga sipil di Kota Bucha.
4 April -- Presiden Vladimir Zelenskiy mengunjungi Kota Bucha, dia didampingi puluhan wartawan, termasuk wartawan asing. Setelah pernyataan resmi Kemhan Rusia tentang penarikan dari wilayah Kyiv dan Kota Bucha, para wartawan asing tidak mendapatkan izin dari pemerintah Ukraina untuk mengunjungi kota tersebut.
Penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina Anton Geraschenko mempublikasikan video dari tempat kuburan massal di Kota Bucha. Pada saat yang sama para wartawan juga sedang merekam kejadian para staf Ukraina membawa mayat orang yang dibunuh dengan kain putih (lambang persahabatan terhadap pasukan Rusia).
Berdasarkan kronologi di atas narasi yang ingin disampaikan oleh kelompok "War on Fakes" ini adalah bahwa pembantaian warga sipil di kota Bucha ini dilakukan oleh batalion "Azov" sebuah unit paramiliter neo-Nazi pimpinan Botsman alias Sergey Korotkih.
Meskipun kelompok "War on Fakes" ini mengklaim bahwa mereka adalah kelompok yang independen dan obyektif  namun tetap saja sebagian orang tidak serta merta percaya karena dalam situasi ini "perang terhadap berita palsu" memang sengaja dilancarkan oleh kedua belah pihak.
Penyesatan informasi
Penyesatan informasi sudah terjadi sejak Julius Caesar dan Cleopatra. Di era teknologi digital saat ini penyesatan informasi menjadi semakin meluas dan sangat cepat penyebarannya karena teknologi memungkinkan terjadinya hal itu.
Dalam situasi perang penyesatan informasi ini digunakan secara masif oleh kedua belah pihak untuk mengecoh, menipu atau mengacaukan situasi internal lawan sehingga mereka dapat mengambil keuntungan dari kesalahan yang dilakukan oleh lawan.
Bahaya dari penyesatan informasi ini adalah masyarakat dapat menjadi tidak percaya pada informasi yang ada, termasuk pada berita jurnalistik.
Akibatnya masyarakat mencari berita sendiri melalui media sosial namun seringkali mereka tanpa sikap kritis cenderung percaya hanya pada yang cocok dengan keyakinannya atau bias konfirmasi.
Seringkali berita bohong atau hoax pun yang jelas-jelas bertentangan dengan akal sehat oleh sebagian orang diterima sebagai suatu kebenaran karena cocok atau mendukung asumsi atau keyakinan mereka.
Di sinilah pentingnya peran media mainstream yang independen, tidak partisan, yang menjaga akurasi dan memverifikasi setiap kejadian dan informasi sehingga dapat menjadi pegangan masyarakat dalam memahami situasi dunia dengan benar dan sesuai fakta sebenarnya.
Kembali pada Tragedi Pembantaian di Bucha, siapa yang harus kita percayai ? media mainstream dunia atau kelompok independen yang sama-sama mengklaim sebagai pihak yang netral, obyektif dan independen dalam menyajikan berita?
Informasi dari sudut pandang kedua belah pihak yang berbeda atau bertentangan (both side cover) sangat penting agar kita dapat menilai kebenaran sebuah fakta secara obyektif dengan mengedepankan akal sehat dan sebisanya tidak melibatkan emosi, keyakinan atau asumsi yang sudah kita miliki sebelumnya.
Dengan demikian kita akan menjadi lebih bijak dan lebih proporsional dalam menilai suatu berita dan tidak mudah terjebak dalam "bias konfirmasi" atau kesalahan berpikir lainnya yang berujung pada pengambilan kesimpulan yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H