Idealnya usaha ini cocok untuk tim-tim kecil terdiri dari 3-5 orang sehingga pembagian laba secara proporsional lebih mudah, lebih efektif dan lebih transparan.
Untuk karyawan lebih dari 20 orang akan menjadi kurang efektif karena pembagian secara proporsional antar karyawan menjadi lebih rumit (complicated) dan juga sistem pengawasan internal antar mereka sendiri tidak efektif dan kekompakan juga lebih sulit dijaga.
5. Karyawan yang direkrut dengan sistim bagi hasil harus memiliki performa di atas rata-rata, memiliki inisiatif, kreatif, berdedikasi tinggi dan mandiri. Tentu saja mencari karyawan dengan kriteria seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan yang rata-rata.
Untuk mengatasi kekurangan di atas, sistim bagi hasil harus dijalankan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, dalam sistim bagi hasil perlu ditetapkan minimum gaji yang diterima karyawan agar tidak terlalu kecil sehingga mempengaruhi kinerja karyawan.
Jadi selama laba perusahaan masih belum mencukupi untuk menggaji karyawan dengan layak pemodal perlu mensubsidi atau dengan menyesuaikan rasio pembagian keuntungan misalnya dari awalnya 50:50 menjadi 40:60 atau 30:70 dengan bagian karyawan yang lebih besar.
Kedua, untuk menghindari bisnis ini ditiru dengan mudah oleh karyawan, pemilik usaha atau pemodal perlu menguasai rantai pasokan mulai dari bahan baku sampai produk akhir.
Pemilik usaha harus menjalin relasi yang baik dengan supplier yang menjual bahan baku dengan harga terbaik, bagaimana caranya mendapatkan diskon atau kemudahan pembayaran yang tidak mungkin ditiru oleh karyawan dengan mudah.
Selain itu pemodal juga harus punya "kartu truf", artinya tidak semua rahasia perusahaan diungkapkan kepada semua karyawan. Faktor-faktor penentu keberhasilan usaha harus dijaga dengan baik.
Ketiga, meskipun sistim bagi hasil ini tidak membutuhkan pengawasan secara instensif setiap saat namun pemilik modal harus tetap mengawasinya secara acak (random).
Pemilik modal dapat melakukan inspeksi dengan datang langsung ke tempat usaha atau secara online melalui video-call. Selain itu pemilik usaha juga bisa mengirim mata-mata yang pura-pura jadi pelanggan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari usahanya.