Meskipun demikian, keluarga cemara tidak mau melangkah lebih jauh dengan pertimbangan masalah akan semakin besar.
Dan tidak sampai disini saja, keluarga cemara juga di teror dengan suara ultrasonik frekuensi tinggi yang diarahkan ke rumah mereka di waktu-waktu tertentu terutama di malam hari.
Teror ini ditujukan untuk mengganggu kenyamanan keluarga cemara, karena frekuensi tinggi sejenis yang dipakai untuk pengusir tikus akan menyebabkan gangguan saraf.
Ini jelas teror ala premanisme yang sudah tidak punya nurani dan tidak punya etika. Kejadian ini sudah dilaporkan oleh keluarga cemara ke WAG grup RT setempat. Namun tidak ada yang merespon.
Rupanya keempat tetangga ini telah mempengaruhi sang ketua RT sehingga tidak mampu berbuat apa-apa, karena saudara mereka di blok lain merupakan ketua RW di lingkungan ini.
Jadi selain keempat keluarga ini, masih ada beberapa saudara mereka yang tinggal di blok lain, mereka merupakan keluarga besar.Â
Oleh karena itu mereka dengan seenaknya berbuat sesuka-suka mereka karena jumlah mereka banyak dan merasa lebih kuat, terlepas benar atau salah.
Sebenarnya konflik antar tetangga seperti ini sering terjadi baik di kompleks perumahan maupun di perkampungan, namanya juga hidup bermasyarakat pasti tidak lepas dari gesekan. Â Namun jarang sekali seperti yang dialami oleh keluarga cemara yang diteror secara sadis dengan berbagai cara.
Belajar dari kisah seram yang dialami keluarga cemara ini. Terkadang memang ada tetangga yang menghalalkan segala cara termasuk cara-cara premanisme untuk memaksa orang lain menuruti kemauan mereka, meskipun kemauan mereka melanggar hak orang lain dan bertentangan dengan hukum.
Banyak orang tidak mau menghargai milik orang lain dan merasa berhak untuk menikmati fasilitas milik orang lain dengan berbagai alasan.Â
Orang semacam ini merasa dirinya selalu benar, merasa dirinya adalah korban yang harus dikasihani tanpa pernah berpikir orang lain juga harus bekerja banting tulang untuk mendapatkan apa yang mereka miliki saat ini.