Ketika diingatkan bukannya menyadari kesalahannya, tetangga keluarga cemara ini justru bersikap agresif, marah-marah dan tidak terima.Â
Mereka bilang dari dulu mereka berbuat demikian tidak ada masalah -tentu saja pada saat keluarga cemara tidak menempati rumah ini.Â
Mereka juga menuduh keluarga cemara ini tidak mau berbagi dengan tetangga, sombong dan berbagai tudingan negatif lannya.
Karena sudah diingatkan para tetangga yang suka-suka ini malah nge-gas dan tidak mau tahu, akhirnya keluarga cemara ini memutuskan untuk memasang pagar di depan rumah mereka seperti para tetangga yang lain meskipun hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan konsep rumah taman.
Dari sinilah perang antar tetangga yang sadis ini dimulai. Memasang pagar diartikan oleh keempat tetangga mereka bahwa keluarga cemara ini memang anti-sosial, tidak mau berbaur, egois, tidak mau berbagi dan beberapa tuduhan negatif lainnya.
Apalagi setelah itu keluarga cemara ini memelihara anjing, karena anak mereka memang penyuka binatang dan suka memelihara anjing.
Keempat tetangga yang dari awal memang berusaha mencari cara untuk "menyerang" keluarga cemara menggunakan hal ini untuk membenarkan prasangka mereka yang negatif terhadap keluarga cemara.
Akibatnya adalah keempat tetangga bersaudara ini semakin agresif "menyerang" keluarga cemara bahkan dengan cara-cara yang sadis ala preman jalanan.
Pertama kamera CCTV digital di depan rumah tiba-tiba bisa berputar sendiri bahkan mati sendiri yang mengindikasikan ada pihak lain yang mengendalikannya. Juga mereka tidak pernah mendaftarkan layanan penyimpanan melalui Cloud tiba-tiba ada yang minta verifikasi.
Kemudian nomor handphone mereka seperti sedang diawasi, ketika ada yang menelpon seperti ada suara anak kecil/bayi padahal keluarga cemara tidak punya balita dan yang ditelfon sedang sendirian di dalam mobil.
Perbuatan yang sudah mengarah ke ranah privat di atas sebenarnya jelas melanggar hukum dan bila diselidiki dengan serius bisa diungkap melalui jejak digital di era kemajuan teknologi digital saat ini.Â