Faktor kedua, karena adanya gangguan cuaca di Amerika Latin sehingga menyebabkan turunnya produksi kedelai dari Brazil dan Argentina yang termasuk dalam tiga besar produsen kedelai dunia selain Amerika Serikat.
Karena suplai turun sementara demand relatif sama bahkan cenderung naik maka sesuai hukum demand-supply harga kedelai dunia akan naik.
Jadi ada dua faktor yang menyebabkan ketidakpastian harga kedelai dalam negeri di tahun-tahun mendatang. Faktor eksternal karena fluktuasi harga kedelai dunia dan faktor internal karena semakin berkurangnya lahan untuk menanam kedelai sehingga produksi dalam negeri terus menurun.
Namun karena kebutuhan kedelai nasional sebagian besar bergantung dari impor maka faktor eksternal yang lebih dominan. Dan faktor eksternal ini di luar kontrol kita karena harga kedelai dunia ditentukan oleh banyak faktor mulai dari faktor alam dan kondisi ekonomi negara produsen kedelai serta isu-isu global lainnya.
Yang bisa kita kendalikan adalah faktor internal, tapi ini hanya menyumbang sekitar 10 persen dari total kebutuhan nasional dan secara produktivitas juga masih jauh tertinggal dibanding negara lain.
Pertanyaannya adalah, dengan kondisi seperti di atas, apakah kita mampu atau katakanlah cukup realistis untuk bercita-cita swasembada kedelai di masa mendatang?
Ada dua hal yang menentukan kapasitas produksi kedelai secara umum yaitu:
- luas lahan
- produktivitasÂ
Luas lahan, saat ini memang terbatas karena sentra penanaman kedelai masih berpusat di pulau Jawa dimana kepadatan penduduknya sangat tinggi dan laju konversi lahan pertanian untuk kebutuhan perumahan dan industri terus meningkat.
Di luar Jawa masih tersedia lahan yang cukup luas untuk menanam kedelai, namun mengapa tidak ada yang mau melakukannya, bahkan pemerintah selaku pengatur dan pendorong juga tidak bergerak ke sana?
Tentu saja karena ada perhitungan ekonominya di sana, dan itu ditentukan oleh produktifitas tanaman kedelai dan produktivitas ditentukan oleh teknologi yang digunakan.
Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat, sudah pasti biaya tenaga kerja dan biaya infrastruktur di sana jauh lebih tinggi di banding negara kita, namun mereka bisa menjual kedelainya dengan harga yang lebih murah karena produktivitas mereka sangat tinggi.