Sejak musim hujan ini, mulai timbul masalah di rumah keluarga Budi. Problem klasik rumah bocor dan bocornya cukup parah, dibeberapa titik terjadi kebocoran.Â
Setelah diselidiki ternyata ada genteng yang pecah ada pula yang bergeser dan setelah ditelusuri pada titik-titik tersebut awal mula terjadinya kebocoran. Jadi tindakan perbaikan yang dilakukan adalah memperbaiki genteng yang rusak, yang pecah diganti. Selesai.
Benarkah masalahnya sudah selesai? atau benarkah genteng yang rusak itu akar masalahnya?
Demikianlah yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari, teknik menyelesaikan masalah di rumah terkadang terlalu sederhana. Sebenarnya bukan masalah sederhana atau kompleks, namun bagaimana menemukan akar masalah yang sebenarnya.
Teknik menyelesaikan masalah di tempat kerja biasanya lebih sitematis dan "panjang". Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di rumah tidak perlu panjang-panjang, yang penting akar masalah yang sebenarnya bisa ditemukan dan diatasi. Inilah yang disebut dengan Simple Problem Solving.
Kembali pada masalah rumah keluarga Budi yang bocor, genteng yang rusak entah itu pecah atau bergeser bukan merupakan akar masalah yang sebenarnya.Â
Dengan menggunakan salah satu tools Simple Problem Solving yaitu Why-Why Analysis, ternyata akar masalahnya adalah keluarga Budi tidak mencuci piring setelah makan malam.
Loh.. apa hubungannya kebocoran atap rumah dengan kebiasaan keluarga Budi yang enggan langsung mencuci piring setelah makan malam?
Ternyata begini ceritanya, rupanya kebiasaan tidak mencuci piring setelah makan malam mengundang binatang seperti tikus datang, kedatangan tikus ini membuat kucing peliharaan keluarga Budi mengejar tikus-tikus ini, mereka berlarian di atap dan diantara genteng sehingga menyebabkan genteng bergeser dan ada yang pecah.
Sebelum musim hujan hal ini tidak terlalu masalah, namun begitu hujan sering turun dengan deras maka kebocoran tidak terelakkan lagi. Sederhananya seperti itu.