Sejujurnya tidak ada ada kiat atau tips terbaik untuk menghadapi situasi seperti diatas. Harus dilihat kasus per kasus, diantaranya adalah kondisi perusahaan tempat kita bekerja, perusahaan baru atau yang sudah established lama.Â
Perusahaan besar, menengah atau kecil, perusahaan keluarga atau publik atau kombinasi keduanya, perusahaan lokal atau mulitinasional, posisi kita pada level mana, usia, pengalaman, budaya organisasi, prospek karir kedepan dan masih banyak lagi faktor yang membedakan antara satu kasus dengan lainnya.
Selain itu kadar toksisitas dari tiap atasan juga berbeda-beda, ada atasan yang suka marah-marah hanya karena hal-hal sepele dan membesar-besarkan kesalahan kecil. Ada yang memberikan target atau ekspektasi yang tidak masuk akal, tidak menghargai bawahannya, like and dislike, tidak suportif, suka merendahkan orang, dan tidak punya tujuan positif atas sikapnya kepada kita dan masih banyak lagi.
Namun demikian ada prinspi-prinsip dasar yang berlaku untuk semua kasus secara umum, antara lain.
1. Jangan Baperan (Kendalikan Suasana Hati)
Prinsip nomer satu adalah jangan bawa perasaan untuk menilai sikap atasan, bersikaplah profesional dan obyektif karena ini urusan kantor bukan urusan pribadi.Â
Jangan menyalahkan atasan dengan dalih dia tidak profesional, subyektif dan seenaknya "like and dislike" pada bawahannya.
Tidak ada gunanya sama sekali menyalahkan atasan - anyway, who are you ? Emang siapa elu ? Lihat masalah secara obyektif dari sudut pandang profesionalitas.Â
Cari penyebab kenapa atasan berbuat demikian kepada kita, apakah kita berbuat kesalahan, tidak bisa mencapai target atau ekspektasi yang terlalu tinggi.Â
Kita perlu mengevaluasi diri secara obyektif, apakah kita memang kompeten pada posisi kita saat ini, atau kita cuma ke-geer-an saja merasa paling jago dalam pekerjaan kita padahal mungkin orang lain bisa mengerjakannya dengan lebih baik.Â