Hal ini membuat Pemerintah Jepang marah membuat hubungan kedua negara semakin memanas yang diikuti dengan tindakan balasan dari Pemerintah Jepang dengan melakukan pembatasan ekspor bahan kimia penting ke Korea Selatan.
Tindakan pembatasan eskpor ini mendapatkan reaksi yang sangat keras dari Pemerintah Korea Selatan, dan mereka melaporkan kasus ini ke WTO dan juga melalui jalur diplomasi dengan memanggil dubes Jepang di Korea Selatan. Beberapa kali perundingan baik yang difasilitasi oleh WTO maupun antar perwakilan kedua negara secara langsung tidak mendapatkan kata sepakat sampai saat ini.
Pemerintah Korea Selatan telah bersumpah untuk tidak mau dikendalikan oleh Jepang lagi dan mereka menggelontorkan dana besar-besaran untuk memproduksi bahan kimia tersebut secara mandiri. Reaksi warga Korea juga tak kalah keras, mereka menyerukan boikot terhadap semua produk Jepang di Korea Selatan.
Korea Selatan merupakan produsen chip memori terbesar di dunia, dan Jepang merupakan pemasok terbesar material penting dalam produksi chip tersebut. Perusahaan Korea Selatan seperti Samsung Electronics, LG Electronics dan SK Hynix memproduksi dua pertiga dari produksi chip dunia.
Sementara itu Perusahaan Jepang seperti JSR Corporation, Showa Denko, dan Shin-Etsu Chemical memproduksi Fluorinated polyamide dan Photoresist sebesar 90% produksi dunia, kedua bahan tersebut merupakan bahan baku chip.
Korea Selatan sangat memerlukan bahan baku asal Jepang untuk memenuhi kebutuhan produksi semikonduktor dan bahan elektroniknya.
Menurut data dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (KITA, Korea International Trade Association), Korea Selatan mengimpor 94% Fluorinated Polyamide, 91,9% Photoresist, dan 43,9% Hidrogen berfluorida dari Jepang.
Sementara itu Jepang adalah produsen terbesar dari ketiga bahan kimia tersebut.
Dengan demikian Korea Selatan dan Jepang memiliki peran yang cukup penting dalam memproduksi chip semikonduktor untuk kepentingan pembuatan gadget, chip yang digunakan untuk mobil dan barang elektronik lainnya.
Dampak dari perang dagang Jepang-Korea Selatan ini memukul perekonomian kedua negara karena produsen chip di Korea Selatan terhambat produksinya. Di sisi lain, nilai ekspor Jepang ke Korea juga turun akibat pembatasan ekspor ini.
Selain itu perusahaan Jepang juga menanggung kerugian akibat boikot yang dilakukan oleh warga Korea Selatan secara besar-besaran terhadap produk Jepang di Korea Selatan.