Mohon tunggu...
Rudy Efendy
Rudy Efendy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bahagia itu sederhana, yakni hidup dengan hati syukur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Cinta

18 Januari 2012   00:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Reza tertawa kecil. Suara tawanya juga masih sama seperti dulu. "Baik, wajahmu kelihatan cerah sekali. Dan...tambah cantik." dikerdipkannya matanya dengan nakal.

Aku terdiam. Tiga tahun yang lalu, wajah itu terlihat begitu rupawan dan memikat hati. Begitu membuat hati senang setiap melihatnya. Pelipur lara.

Dulu, setiap kali stress habis ribut sama teman sekerjaku, ke Reza lah aku mengadu. Saat ribut dengan papa ke Rezalah aku cerita. Reza. Reza. Dimana-mana ada dia. Kita selalu meluangkan waktu bersama-sama. Kalau ada Reza, pasti ada aku.

Meski aku dan Reza tidak pernah mengatakan kita jadian dan pacaran, tetapi kita tak pernah berpisah dalam setiap waktu, sehingga teman-teman sudah bisa menyimpulkan sendiri...

"Hey, jangan melamun..." suara tegurannya membuyarkan lamunanku. "Aku tidak diundang masuk?" tanyanya, sedikit gemetaran, menahan hawa dingin yang menusuk.

Aku segera mempersilahkannya masuk ke dalam ruang dharmasala. Reza celingak celingkuk, menoleh kiri dan kanan.

"Boleh kan kamu menerima tamu pria? Lama baik-baik saja ?" tanyanya ragu-ragu

"Nggak apa-apa, Rez. Tapi kita ngobrol di teras samping saja. Udara tidak dingin kok di sana. Biasanya sore-sore begini Rinpoche  dan Lama suka diskusi Dhamma dengan umat asing. Tapi hari ini Rinpoche sedang pergi ke kota membeli barang persembahan, jadi kita bisa bebas ngobrol di sana." ujarku sambil melangkahkan kaki. Reza membuntuti dari belakang.

"Ris, apa tante San sudah cerita......" tanya Reza perlahan begitu duduk. Reza sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. Dipandangnya wajahku

Aku membuang pandangan jauh-jauh. Ya, mama beberapa hari yang lalu telpon, tante Niar mau datang dari New York melamarku. Tapi karna tante masih sibuk dengan restaurantnya di sana karna koki andalannya sedang sakit, terpaksa Reza yang ke Jakarta sendirian, ibunya akan menyusul beberapa hari kemudian.

Tiga tahun. Bukan waktu yang lama. Reza dan aku masih tetap kontak via telpon dan email. Sering chatting melalui Whats app juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun