Namun setelahnya muncul pula adanya kenyataan penurunan kelas menengah.
Ada sejumlah faktor mengapa kelas menengah mengalami penurunan.
Menurun ke kelas menuju kelas menengah, bahkan bisa ke kelas bawah.
Indikator kelas-kelas itu didasarkan dari seberapa mampu seseorang mengeluarkan uangnya per bulan.
Kelas menengah lebih banyak pengeluarannya ketimbang kelas di bawahnya.
Lepas dari struktur piramida, apakah orang kaya semakin kaya sedang orang miskin semakin miskin, namun fenomena penurunan kelas menengah Indonesia ini nyata adanya.
Esther Sri Astuti, Direktur INDEF (Institute For Development of Economics and Finance) menyebutkan penurunan daya beli masyarakat tersebut terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.
Apabila dibiarkan, maka bukan tidak mungkin akan terjadi revolusi seperti di negara-negara Amerika Latin.
Kebijakan fiskal dan moneter yang dimaksud contohnya suku bunga yang tinggi.
Dengan suku bunga yang tinggi maka orang akan enggan dan beban semakin berat untuk meminjam uang untuk modal usaha.
Jadi dengan demikian, pemerintah harus menurunkan suku bunga agar semakin banyak orang yang meminjam uang untuk modal usaha.