tabungan" adalah istilah yang cukup viral di media massa saat ini.
"MakanMakan tabungan bermakna seorang nasabah yang menarik uangnya dari tabungan yang dimilikinya dengan jumlah yang signifikan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
Menarik uang dalam jumlah tertentu baik lewat kantor Bank atau ATM sih itu sudah wajar saja.
Namun menarik uang dalam jumlah tertentu yang siginifikan dan membuat saldonya terus menurun, ini yang menjadi masalah besar.
Dengan saldo tabungan yang minim, maka masa depan kita menjadi suram.
Kita jadinya tidak mempunyai cadangan untuk berbelanja atau keperluan lainnya yang diinginkan.
Gaji yang tetap atau kenaikan gaji yang lebih sedikit karena termakan inflasi ini yang menyebabkan munculnya fenomena "makan tabungan"
Orang menabung setahap demi setahap demi kesejahteraan dirinya.
Dana yang susah payah didapatkan dan aman di Bank serta mendapatkan bunga, namun secara mengejutkan dan tiba-tiba terkuras.
Data tersebut didapatkan dari BI (Bank Indonesia).
Ternyata banyak jumlah saldo tertentu di bank-bank naungan BI yang terkuras karena ditarik nasabahnya. Menyedihkan.
Namun setelahnya muncul pula adanya kenyataan penurunan kelas menengah.
Ada sejumlah faktor mengapa kelas menengah mengalami penurunan.
Menurun ke kelas menuju kelas menengah, bahkan bisa ke kelas bawah.
Indikator kelas-kelas itu didasarkan dari seberapa mampu seseorang mengeluarkan uangnya per bulan.
Kelas menengah lebih banyak pengeluarannya ketimbang kelas di bawahnya.
Lepas dari struktur piramida, apakah orang kaya semakin kaya sedang orang miskin semakin miskin, namun fenomena penurunan kelas menengah Indonesia ini nyata adanya.
Esther Sri Astuti, Direktur INDEF (Institute For Development of Economics and Finance) menyebutkan penurunan daya beli masyarakat tersebut terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.
Apabila dibiarkan, maka bukan tidak mungkin akan terjadi revolusi seperti di negara-negara Amerika Latin.
Kebijakan fiskal dan moneter yang dimaksud contohnya suku bunga yang tinggi.
Dengan suku bunga yang tinggi maka orang akan enggan dan beban semakin berat untuk meminjam uang untuk modal usaha.
Jadi dengan demikian, pemerintah harus menurunkan suku bunga agar semakin banyak orang yang meminjam uang untuk modal usaha.
Secara tidak langsung, melemahnya daya beli masyarakat ini berdampak pula kepada sektor ritel modern.
Karena pelemahan daya beli itu, maka mereka terutama kelas menengah menahan diri untuk membeli produk atau jasa yang sebenarnya sangat mereka inginkan.
Situasi seperti ini harus segera diatasi.
Selain mensejahterakan dan mengangkat kembali keuangan kelas menengah, maka perbaikan ini juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Secara kebangsaan kita sudah menikmati kemerdekaan selama 79 tahun, namun kita belum merdeka finansial.
Pemerintahan Jokowi akan berakhir dalam waktu sekitar satu bulan lagi, saya yakin dengan upaya yang sungguh-sungguh dan didukung banyak pihak maka pemerintahan penerusnya, Prabowo-Gibran dapat mengatasi masalah pelemahan daya beli masyarakat ini.
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H