Mohon tunggu...
Rudolf Gamaliel Toripa
Rudolf Gamaliel Toripa Mohon Tunggu... Administrasi - Siswa

P

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perubahan

21 November 2024   18:25 Diperbarui: 21 November 2024   19:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

               "Dia bernasib sama, seperti yang akan kalian alami sekarang."

               "Apa yang akan kau lakukan ke kami?"
Tanya si Bunta.

               Si Pemimpin tidak menjawab pertanyaan Bunta dan hanya tertawa kecil.

                "Kalian ini, kayak tidak kenal diri kalian sendiri. Kalian itu manusia! Mahluk egois yang gila kuasa dan jabatan." Ujar si Pemimpin tersebut.

                 Herman, dan Bunta menentang keras pernyataan si Pemimpin tersebut. Tapi, Pemimpin tersebut tidak peduli, dan mempersiapkan siksaan berikutnya bagi mereka. Sebelum akhirnya, mereka akan bernasib sama seperti Halim.

                 "Jangan bilang mereka juga hilang kayak Halim. Kurang ajar kau tikus! Saya bersumpah, akan ku basmi kalian sampai tak tersisa!" Teriakan Bilar yang sedih, karena tidak mengetahui kabar teman-temannya.

                  Bilar pun yang tinggal seorang diri itu pun, menggantikan posisi Herman sebagai pemimpin tertinggi untuk melakukan rencana terakhir mereka.

                  Jumat, 12 Mei 1998. Gerombolan mahasiswa yang di pimpin oleh Bilar memenuhi depan gerbang gedung MPR/DPR yang di jaga ketat oleh polisi.

                   "Teman-teman ku semua. Kita berkumpul di sini bukan untuk main-main, bukan untuk piknik, atau pun untuk gengsi. Kita di sini untuk mewakili bangsa kita, bangsa Indonesia, untuk membasmi para tikus yang telah merugikan kita. Selama ini, pemerintahan Orde Baru menekan mereka yang ingin membela kebenaran. Selama ini, pemerintahan Orde Baru telah menyiksa mereka yang ingin membela rakyat. Tapi sekarang, kita serang balik! Hari ini, kita akan membuat sejarah, bagaimana kejayaan para tikus hancur tak bersisa. Kalau bukan kita yang serang siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Jadi, ayo saudara-saudara ku semua, kita sambut kemerdekaan kita dari para tikus-tikus sialan itu. MERDEKA!" pidato Bilar menggelegarkan gedung MPR/DPR, dan membuat para mahasiswa menjadi bersemangat, kemudian maju menyerbu gedung MPR/DPR tersebut. Polisi yang berjaga di situ tak mampu membendung mahasiswa yang bagaikan air bah menerpa mereka. Dan pada Jumat, 12 Mei 1998, gedung MPR/DPR berhasil dikuasai mahasiswa, dan sehari setelahnya, si tikus kedua mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden, dan di gantikan oleh wakilnya yang di angkat menjadi Presiden.

                                    ---

       Sudah 40 tahun setelah peristiwa Reformasi. Aku masih tetap melihat kejadian yang sama terjadi lagi. Bilar yang menjadi presiden ke sembilan negara Indonesia, ternyata ikut-ikutan menjadi tikus berikutnya. Kecewa yang tak terbendung, karena pamanku, Herman yang sampai hari ini tidak diketahui kabarnya, dan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari para tikus, dikhianati oleh teman seperjuangannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun