Sudah berbulan-bulan setelah kejadian tersebut, tapi Halim masih belum ditemukan. Mereka semua sangat sedih atas hal tersebut. Untuk sementara, posisi Halim digantikan Bilar, teman baik dari Halim.
    "Kita sudah punya kekuatan yang cukup untuk melawan pemerintah. Jadi, ayo kita lakukan rencana terakhir kita." Ujar Herman dengan yakin.
   "Kapan kita akan lakukan rencana itu?" Tanya Kinra yang masih bingung.
    "12 Mei 1998, dari Universitas Trisakti ke gedung MPR/DPR."
    "Baik, saya akan mengabarkan semua mahasiswa untuk segera berkumpul minggu depan." Kata Bilar sambil bersiap untuk mengabarkan mahasiswa yang lain.
    Setelah pertemuan tersebut, Herman dan pemimpin yang lain mulai mengirim pesan ke seluruh mahasiswa di Indonesia untuk melakukan rencana besar mereka. Tapi, sayangnya penyebaran kabar tersebut tercium oleh pemerintahan Orde Baru.
    Saat pulang kerumah, Herman di culik oleh beberapa orang berbadan besar, menggunakan topeng hitam. Saat Herman telah sadar, ia melihat Kinra dan Bunta juga telah berada di sana dengan keadaan terikat.
   "Bunta, Kinra, kita dimana ini?" Tanya Herman kebingungan.
    "Saya juga tidak tahu Herman, Tiba-tiba saya bangun sudah di sini." Kata Bunta yang juga kebingungan dengan keadaan mereka.
    Kinra dengan muka yang lemas mengatakan, bahwa mereka sepertinya berada di suatu markas, pasukan rahasia milik pemerintah Orde Baru. Dia mengetahui itu, karena melihat ada yang menggunakan seragam TNI, dengan baret merah, yang berarti mereka adalah pasukan khusus.
    "Kinra, mana Bilar?" Tanya Herman yang khawatir.