Mohon tunggu...
Rudi Setiawan
Rudi Setiawan Mohon Tunggu... -

Kelahiran, Kertosono, Jawa Timur 1976. Saat ini bekerja sebagai Tenaga Kerja Profesional Republik Indonesia di Doha, Qatar. Aktif menulis di face book, cerpen dan puisi pernah dimuat di www.kompas.com.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Pulang

6 Januari 2015   04:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


MALING

Disini, dipojok masjid ini

Dengan jujur kukatakan pada-Mu

Bahwa aku adalah maling

Yang telah mencuri hak-Mu sebagai Tuhan

Kucuri waktu yang seharusnya untuk-Mu

Untuk bersenda-gurau

Kucuri harta yang semestinya untuk Makhluk-Mu

Untuk berfoya-foya

Kucuri umur yang merupakan anugerah-Mu

Untuk bersia-sia

Kucuri nikmat yang tercurah dari-Mu

Untuk berabai-abai

Lalu aku mencoba bersembunyi

Menyembunyikan diri dari-Mu

Sungguh tololnya aku !!!

Mana mungkin bisa bersembunyi dari penglihatan-Mu

Yang Maha Awas itu

Dasar maling tak tahu diri

Rutukku dalam hati

Dubai - UAE, 05-01-2015

JALAN PULANG

Langit masih mendung

Dan bunga-bunga salju berjatuhan

Serupa kapas-kapas putih berguguran dari pohonnya

Ombak selat Basporous mulai beriak bergulung-gulung

Camar-camar putih tak lagi berterbangan

Memilih hinggap diatap bangunan tua dipinggir dermaga

Laki-laki tua itu masih setia duduk dalam tenda kecilnya

Asap panas mengepul dari Teko airnya

Seorang pembeli singgah ditendanya

Duduk dikursi kecil menikmati secangkir chay hangat
racikanya

Mengusir dingin menghangatkan badan

Kemudian kembali berlalu menapaki senja

Melanjutkan perjalanan yang sejenak tertunda

Duhai kehidupan !

Bukankah engkau ibarat seorang yang mampir minum

Secangkir chay, segelas air dan atau apalah itu

Hanyalah kenikmatan yang sekejap saja

Lalu kita akan kembali meneruskan perjalanan

Menyusuri jalan pulang, menuju rumah keabadian

Istanbul - Turki, 31-12-2014.

DUA ANJING

Dua anjing bertarung berebut sekerat tulang

Aku datangi, dan merekapun berhenti berkelahi

Kemudian mereka berbalik menyerang dan mengejarku

Karena tulangnya kubawa lari

Dubai - UAE, 22-12-2014

CELENG

Dijalanan orang-orang memakiku sebagi celeng

Aku marah, tapi aku memilih menahan diri, lalu bercermin

Oh benar, ternyata aku adalah celeng

Kemudian timbul tanya dalam hatiku

Kenapa mereka tahu kalau aku adalah celeng

Jangan-jangan mereka juga celeng seperti halnya diriku

Dubai - UAE, 21-12-2014.

TAHI SAPI DI NEGERI
ANGIN

Aku seperti tahi sapi di negeri angin

Bau busukku dihembusnya kemana-kemana

Bercampur dengan debu

Lalu hinggap dihidungmu

Kau hirup, sesak nafasmu

Kau tutup hidungmu dengan tisu

Sambil mencaciku: “Busuk !!!”

Bau busukku diterbangkannya lagi

Masih bersama debu

Hinggap dihidung orang demi orang

Sesak nafas mereka

Serentak mereka menutup hidungnya

Kemudian berbarengan memakiku: “Busuk !!!”

Aku masih disini, dikandang ini

Menunggu majikanku

Besok ia akan membuangku ke sawah

Mencampurku dengan lumpur

Menjadi pupuk bagi padi-padi petani

Empat bulan lagi, kamu dan mereka

Menikmati penjelmaanku dipiring-piring kalian.

Dubai - UAE, 09-12-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun