Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Paradoks China : Negara Komunis Tapi Praktek Kapitalisme Agresif di Negara Lain

22 Januari 2025   10:31 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:03 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (CNBC Indonesia)

Pendahuluan

China adalah salah satu negara dengan sistem politik dan ekonomi yang menarik perhatian dunia. Secara ideologis, negara ini mengadopsi komunisme sebagai dasar pemerintahan, dengan Partai Komunis China (PKC) sebagai satu-satunya kekuatan politik. Namun, di ranah internasional, China tampil dengan wajah yang berbeda: mereka mengadopsi prinsip-prinsip kapitalisme secara agresif untuk mendominasi ekonomi global. Paradoks ini memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin negara komunis yang secara teori menentang kapitalisme justru menjadi pemain kapitalis yang ganas di luar negeri?

Komunisme secara tradisional menekankan pemerataan kekayaan, solidaritas, dan pengendalian ekonomi oleh negara demi kesejahteraan kolektif. Sebaliknya, kapitalisme berfokus pada pasar bebas, keuntungan individu, dan kompetisi. Dalam praktik domestik, China mempertahankan kontrol ketat atas sektor-sektor strategis melalui perusahaan milik negara (State-Owned Enterprises atau SOEs). Namun, ketika melangkah ke arena internasional, pendekatan mereka berubah: China menggunakan prinsip kapitalisme untuk memperluas pengaruh geopolitik dan ekonomi.

Salah satu strategi utama China adalah melalui program Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan membangun infrastruktur global dan menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika. Selain itu, perusahaan-perusahaan China membanjiri pasar internasional dengan produk murah, menguasai sumber daya alam di negara-negara berkembang, dan memberikan pinjaman besar kepada negara-negara dengan ekonomi rapuh.

Pendekatan ini tidak hanya menciptakan ketergantungan ekonomi bagi negara-negara tuan rumah tetapi juga memicu kontroversi global. Di satu sisi, banyak negara berkembang melihat China sebagai mitra yang menawarkan solusi pembangunan. Di sisi lain, kritik mencuat karena strategi ini sering kali membawa risiko eksploitasi sumber daya, kerusakan lingkungan, dan jeratan utang.

Melalui artikel ini, kita akan mengupas bagaimana China menjalankan kapitalisme negara, menganalisis praktik mereka di luar negeri, dan mengungkap dampak serta ironi di balik strategi ini. Dengan demikian, kita dapat memahami lebih dalam tentang paradoks China sebagai negara komunis yang memainkan peran kapitalis dalam tatanan global.

Kapitalisme Negara: Dasar Strategi Ekonomi China

China telah membangun kekuatan ekonominya melalui pendekatan yang dikenal sebagai kapitalisme negara (state capitalism). Dalam sistem ini, pemerintah memainkan peran utama dalam mengendalikan ekonomi, sekaligus memanfaatkan mekanisme pasar untuk mendorong pertumbuhan dan dominasi global. Kombinasi unik ini memungkinkan China memadukan kontrol politik yang ketat dengan fleksibilitas ekonomi yang diperlukan untuk bersaing di pasar internasional.

Ciri Utama Kapitalisme Negara di China

1. Dominasi Perusahaan Milik Negara (BUMN)

Di dalam negeri, sektor-sektor strategis seperti energi, telekomunikasi, dan transportasi didominasi oleh perusahaan milik negara (State-Owned Enterprises atau SOEs). BUMN ini tidak hanya berfungsi sebagai motor penggerak ekonomi domestik tetapi juga sebagai alat geopolitik di luar negeri. Contohnya adalah China National Petroleum Corporation (CNPC) dan China Railway Group, yang secara aktif terlibat dalam proyek infrastruktur global seperti Belt and Road Initiative (BRI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun