Salah satu contoh nyata adalah R. Budi Hartono dan Michael Hartono, pemilik Grup Djarum dan Bank Central Asia (BCA). Mereka tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga berinvestasi dalam berbagai sektor, seperti teknologi dan properti, untuk memperkuat posisi bisnis mereka di masa depan.
Mentalitas Kompetitif dan Fleksibilitas
Chi Ku juga menciptakan mentalitas yang kompetitif dan adaptif di kalangan pengusaha Tionghoa. Dalam menghadapi perubahan pasar atau situasi ekonomi yang tidak menentu, mereka cenderung fleksibel dan cepat beradaptasi. Contohnya, selama pandemi COVID-19, banyak pengusaha Tionghoa yang segera mengubah model bisnis mereka, seperti memindahkan penjualan ke platform digital atau memperluas produk sesuai kebutuhan pasar.
Dampak Jangka Panjang: Keberhasilan Generasi Selanjutnya
Selain kesuksesan pribadi, pengusaha Tionghoa sering menggunakan nilai Chi Ku untuk mendidik generasi berikutnya. Mereka menanamkan pentingnya kerja keras dan ketekunan kepada anak-anak mereka. Tidak jarang kita melihat generasi kedua dan ketiga dari keluarga pengusaha Tionghoa melanjutkan bisnis keluarga dengan semangat yang sama, bahkan memperluasnya ke pasar global.
Kritik dan Keseimbangan
Namun, di balik keberhasilan ini, ada kritik terhadap tekanan yang sering kali muncul akibat penerapan nilai Chi Ku. Beberapa pengusaha terlalu fokus pada kerja keras hingga mengabaikan kesehatan dan kehidupan pribadi mereka. Oleh karena itu, generasi baru pengusaha Tionghoa mulai menerapkan prinsip ini secara lebih seimbang, memadukannya dengan pendekatan yang berorientasi pada kesejahteraan individu dan keberlanjutan.
Nilai Chi Ku telah menjadi kekuatan utama yang membentuk kesuksesan banyak pengusaha Tionghoa. Dengan kerja keras, ketekunan, dan keberanian menghadapi kesulitan, mereka mampu menciptakan perubahan besar, baik untuk diri mereka sendiri maupun masyarakat. Dalam menghadapi tantangan era modern, integrasi Chi Ku dengan strategi bisnis yang inovatif dan keseimbangan kehidupan pribadi menjadi kunci untuk mempertahankan relevansi nilai ini dalam dunia yang terus berubah.
4. Kehidupan Sehari-hari: MenghadapiÂ
Kemiskinan dan Ketidakpastian Sosial
Bagi masyarakat Tionghoa yang hidup dalam keterbatasan, Chi Ku menjadi filosofi untuk bertahan hidup. Mereka menggunakannya sebagai landasan untuk menghadapi kemiskinan, pekerjaan berat, dan tekanan sosial lainnya. Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan sosial, Chi Ku memberikan ketahanan mental untuk terus berusaha memperbaiki kehidupan, bahkan saat situasi terasa tidak mendukung.
Contohnya, banyak keluarga yang bekerja keras dengan mengambil pekerjaan tambahan atau mengorbankan kebutuhan pribadi demi pendidikan anak-anak mereka. Chi Ku menjadi dorongan untuk tetap optimis dan tidak menyerah meskipun hidup penuh tantangan. Filosofi ini tidak hanya membantu mereka bertahan, tetapi juga memberikan motivasi untuk terus maju dalam mengejar impian dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.