Dengan berkembangnya kesadaran tentang keseimbangan kehidupan kerja, kini muncul dorongan untuk mengintegrasikan Chi Ku dengan pendekatan yang lebih manusiawi. Penerapan nilai ini secara bijak dapat menciptakan profesional yang tidak hanya sukses, tetapi juga sehat secara emosional dan fisik. Contohnya adalah beberapa perusahaan yang mulai memberikan cuti tambahan, pelatihan pengembangan diri, atau layanan konseling untuk mendukung karyawan mereka. Dengan demikian, Chi Ku tetap relevan di era modern sebagai filosofi yang menginspirasi kerja keras tanpa melupakan pentingnya kesejahteraan individu.
3. Dalam Bisnis
Chi Ku (吃苦) telah menjadi pilar utama dalam kesuksesan banyak pengusaha Tionghoa, baik di dalam maupun luar negeri. Filosofi ini, yang menekankan ketabahan, kerja keras, dan kemampuan menghadapi kesulitan, telah menjadi fondasi mentalitas mereka dalam membangun bisnis dari nol hingga mencapai kesuksesan yang luar biasa. Berikut adalah pengembangan bagaimana Chi Ku diterapkan oleh para pengusaha Tionghoa dan dampaknya pada perjalanan mereka.
Memulai dari Nol: Filosofi Ketahanan Diri
Banyak pengusaha Tionghoa yang memulai perjalanan bisnis mereka tanpa modal besar atau sumber daya yang memadai. Kisah inspiratif muncul dari individu seperti Li Ka-Shing, salah satu taipan terkaya di Hong Kong, yang pada awalnya hanya bekerja sebagai buruh pabrik setelah ayahnya meninggal. Dengan filosofi Chi Ku, ia mengorbankan waktu untuk belajar bisnis dan membangun jejaring. Ketekunannya menghasilkan perusahaan besar seperti Cheung Kong Holdings, yang kini menjadi salah satu konglomerat terbesar di dunia.
Di Indonesia, pengusaha-pengusaha keturunan Tionghoa seperti Ciputra dan Eka Tjipta Widjaja adalah contoh nyata bagaimana Chi Ku menjadi dasar kesuksesan. Eka Tjipta, misalnya, memulai usahanya dengan menjual biskuit di usia muda. Melalui kerja keras tanpa kenal lelah, ia berhasil mendirikan Sinar Mas Group, yang kini bergerak di berbagai sektor seperti agribisnis, properti, dan keuangan.
Keberanian Mengambil Risiko Besar
Chi Ku juga membentuk keberanian pengusaha Tionghoa dalam menghadapi risiko. Mereka bersedia mengambil langkah besar meskipun penuh ketidakpastian, asalkan ada peluang untuk pertumbuhan. Contohnya adalah Jack Ma, pendiri Alibaba, yang pada awalnya menghadapi banyak penolakan atas ide bisnis e-commerce. Namun, dengan tekad dan keberanian, ia terus mengembangkan bisnisnya hingga Alibaba menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.
Di sektor kecil menengah, banyak pedagang Tionghoa yang rela bekerja siang malam untuk mengelola usaha mereka, seperti toko kelontong atau warung makan. Mereka bersedia mengambil risiko dengan meminjam modal atau menjual aset untuk memperbesar usaha. Filosofi Chi Ku memberikan mereka kekuatan untuk bertahan meskipun menghadapi tekanan keuangan dan persaingan pasar.
Menunda Kepuasan Jangka Pendek Demi Masa Depan
Pengusaha Tionghoa dikenal dengan prinsip "berkorban hari ini untuk masa depan yang lebih baik." Mereka memahami pentingnya menahan diri dari kepuasan instan demi investasi jangka panjang. Misalnya, banyak dari mereka yang memilih menginvestasikan kembali keuntungan bisnis untuk memperbesar modal usaha daripada membelanjakannya untuk kebutuhan konsumtif. Pendekatan ini menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memungkinkan bisnis mereka berkembang lebih cepat.