Les Misrables, karya Victor Hugo
Novel ini mengeksplorasi penderitaan Jean Valjean yang terus-menerus dihantui dosa masa lalunya sebagai mantan narapidana. Hugo menyentuh tema keadilan, kasih sayang, dan kemanusiaan.
Menunjukkan bahwa cinta dan pengampunan memiliki kekuatan untuk mengatasi kebencian dan ketidakadilan.
Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer)
Mengisahkan Minke, seorang pemuda pribumi, dalam perjuangannya melawan kolonialisme. Novel ini adalah manifesto humanisme yang mengedepankan nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan.
3. Nihilisme: Kehampaan Makna dalam Hidup
Sastra yang merefleksikan nihilisme sering kali menampilkan tokoh yang menghadapi kehampaan hidup dan pertanyaan tentang moralitas.
Crime and Punishment, karya Fyodor Dostoevsky.
Menceritakan tokoh utama Raskolnikov, seorang mahasiswa miskin, membunuh seorang rentenir dengan keyakinan bahwa tindakannya dibenarkan secara moral demi kebaikan masyarakat. Namun, rasa bersalah menghancurkannya, memaksanya merenungkan moralitas manusia.
Novel di atas menantang gagasan bahwa manusia bisa melampaui moralitas tradisional tanpa konsekuensi.
Puisi-puisi Chairil Anwar, seperti Aku, menggambarkan nihilisme dalam keberanian menolak norma, meskipun tetap membawa semangat pemberontakan dan eksistensi.
4. Romantisisme: Mengutamakan Emosi dan Keindahan Alam
Romantisisme dalam sastra sering mencerminkan pencarian kebebasan dan keindahan di tengah keterbatasan dunia modern.
Frankenstein, karya Mary Shelley menyajikan sebuah kisah tragis tentang sains tanpa moralitas, di mana Dr. Frankenstein menciptakan makhluk yang akhirnya menghancurkannya.