Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Socrates, Aristoteles dan Sebuah Handphone

13 Desember 2024   18:36 Diperbarui: 13 Desember 2024   18:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsuf (dibuat memakai DALL-E OpenAI)

Socrates: "Ah, sebuah pertanyaan yang sangat baik. Jika teknologi ini memungkinkan kita untuk berinteraksi tanpa batas, apakah kita jadi kehilangan kemampuan untuk berinteraksi secara nyata, secara langsung, dengan sesama manusia? Bukankah itu mengarah pada permasalahan etika?"

Aristoteles: "Itu tepat. Dalam Nikomakhia, aku menyatakan bahwa kebahagiaan tercapai melalui tindakan yang terarah pada kebajikan, dan kebajikan itu hanya bisa ditemukan dalam kehidupan yang dijalani dengan bijak dan berhubungan dengan orang lain. Tapi teknologi, dengan segala kelebihannya, bisa memisahkan kita dari hal itu. Misalnya, jika orang-orang lebih sering berkomunikasi lewat layar daripada bertatap muka, apakah hubungan mereka tetap berdasarkan kebajikan?"

Socrates: (menekan beberapa tombol di handphone) "Lihat, Aristoteles. Aku menemukan banyak orang berbicara tentang diri mereka di sini, seolah-olah dunia maya ini adalah tempat untuk membangun citra diri yang sempurna. Tetapi apakah itu berarti mereka hidup dengan kebenaran atau hanya berusaha menyembunyikan ketidaksempurnaan mereka? Apakah ini mencerminkan etika yang benar, atau justru etika yang terdistorsi?"

Aristoteles: "Itulah yang perlu kita pertanyakan. Dalam kehidupan nyata, etika berhubungan dengan tindakan yang jelas, yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Tetapi, dengan teknologi yang mengizinkan kita untuk membentuk citra kita sendiri, kita bisa jadi lebih fokus pada doxa (pandangan umum) daripada episteme (pengetahuan sejati). Apakah kita benar-benar mencari kebijaksanaan atau hanya mengikuti arus popularitas yang dangkal?"

Socrates: (tersenyum bijak) "Kau benar, Aristoteles. Teknologi, dalam hal ini, bisa memanipulasi pemikiran kita. Bayangkan, banyak orang lebih mengutamakan jumlah 'likes' dan 'followers' daripada pemahaman mendalam tentang hidup. Bukankah itu sebuah kebodohan yang tersembunyi di balik layar yang tampak canggih?"

Aristoteles: "Namun, kita juga harus berhati-hati. Teknologi, jika digunakan dengan benar, bisa membantu dalam pencapaian kebajikan. Misalnya, aku bayangkan, jika teknologi memungkinkan pendidikan yang lebih mudah diakses, maka itu bisa mendekatkan orang pada pengetahuan yang benar. Tapi, itu kembali pada etika dalam menggunakan teknologi itu sendiri. Apakah tujuan akhir penggunaan teknologi itu untuk kebaikan atau hanya untuk keuntungan pribadi semata?"

Socrates: (mengangguk) "Benar. Jadi, teknologi bukanlah masalah itu sendiri, tetapi bagaimana kita menggunakannya. Jika kita menggunakannya untuk memperdalam kebijaksanaan, untuk saling berbagi pengetahuan yang benar, maka kita berpegang pada etika yang benar. Tapi jika kita hanya mengejar ketenaran atau kepuasan sesaat, maka kita mungkin jatuh ke dalam moralitas yang salah."

Aristoteles: "Aku sepakat, Socrates. Teknologi, seperti segala sesuatu, harus digunakan dengan tujuan yang jelas dan sesuai dengan kebajikan. Sebagaimana kita berbicara tentang phronesis (kebijaksanaan praktis), kita harus memiliki pemahaman yang baik tentang kapan dan bagaimana teknologi digunakan untuk mencapai kebaikan bersama, bukan hanya untuk kesenangan atau kepentingan pribadi."

Socrates: (memainkan layar handphone) "Jadi, kita sampai pada kesimpulan bahwa teknologi harus diuji dengan prinsip-prinsip etika kita. Jika kita menggunakannya dengan bijak, mungkin teknologi ini bisa menjadi alat yang luar biasa untuk memajukan kebajikan. Tetapi jika kita menggunakannya dengan niat buruk, kita hanya akan memperburuk kondisi manusia."

Aristoteles: "Itulah yang kita sebut dengan 'tujuan akhir' dalam etika. Teknologi bisa menjadi sarana, bukan tujuan. Sama seperti kita tidak boleh mengejar kebahagiaan sebagai tujuan utama, kita tidak boleh mengejar kemajuan teknologi tanpa mengingat tujuan etis dan kebajikan yang lebih tinggi."

Socrates: (tersenyum) "Jadi, dalam hal ini, Aristoteles, kita bisa menyimpulkan bahwa teknologi harus dijadikan bagian dari kehidupan yang penuh kebijaksanaan, di mana manusia terus-menerus bertanya dan merenung tentang kebaikan. Sebagaimana kita selalu mengatakan, 'Hidup yang tidak diperiksa tidak layak dijalani,' begitu juga teknologi yang tidak diperiksa dan tidak digunakan dengan bijaksana, tidak layak dimiliki."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun