Bangun konflik yang relevan dengan tema utama cerita dan memastikan bahwa ia terus berkembang dan mempengaruhi perkembangan karakter. Konflik yang tidak diselesaikan dapat menciptakan ketegangan yang mendorong pembaca untuk terus mengikuti alur cerita.
Contoh:
Dalam Macbeth karya Shakespeare, konflik internal Macbeth dengan ambisinya dan perasaan bersalah berperan besar dalam menggerakkan alur cerita. Keinginan untuk menjadi raja, yang awalnya didorong oleh prophesy para penyihir, menyebabkan serangkaian peristiwa tragis yang tidak dapat dihentikan.
3. Bangun Karakter yang Kuat
Karakter yang kuat, terutama protagonis, sangat penting dalam mengembangkan plot yang menarik. Karakter ini tidak hanya harus menarik secara emosional, tetapi juga harus menghadapi konflik yang menantang dan berkembang seiring berjalannya cerita.
Kiat:
Ciptakan karakter dengan latar belakang yang kaya dan motivasi yang jelas. Karakter yang bisa berhubungan dengan pembaca akan membuat plot lebih menyentuh dan dapat meningkatkan daya tarik cerita.
Contoh:
Karakter Katniss Everdeen dalam The Hunger Games berkembang dari seorang gadis muda yang berjuang untuk kelangsungan hidupnya menjadi pemimpin revolusi. Perjuangannya dengan perasaan takut dan tanggung jawab membuat karakter ini lebih dari sekadar pahlawan yang berjuang untuk bertahan hidup.
4. Gunakan Struktur Alur Tiga Babak
Struktur tiga babak adalah salah satu metode yang efektif untuk mengorganisasi plot, dengan pembagian yang jelas antara pengenalan, perkembangan, dan penyelesaian konflik.