Feeling of lucky, atau perasaan “saya beruntung,” bisa sangat kuat pengaruhnya. Rasanya tidak ada yang salah; kita hanya merasa ada sesuatu yang memberi kita peluang menang lebih besar. Namun, perasaan ini sering kali tanpa dasar. Seseorang mungkin merasa “beruntung” hanya karena firasat atau situasi tertentu, bukan karena analisis atau data konkret.
Perasaan beruntung bisa mengaburkan penilaian rasional. Ketika perasaan ini muncul, seseorang sering kali mengambil keputusan yang impulsif atau berani mengambil risiko lebih besar. Ini sering kali terjadi pada pemain yang sudah mengalami kemenangan kecil. Mereka merasa keberuntungan berpihak pada mereka, sehingga tidak ragu mempertaruhkan lebih banyak, bahkan melampaui batas kemampuan mereka.
Seseorang yang baru saja menang kecil mungkin akan meningkatkan jumlah taruhannya, berharap keberuntungan akan berlanjut. Akibatnya, ketika hasilnya tidak sesuai ekspektasi, kerugian yang mereka alami bisa jauh lebih besar daripada kemenangan kecil yang mereka dapatkan sebelumnya.
Eksploitasi efek near miss atau "hampir menang"
Ini adalah strategi psikologis yang sangat kuat yang sering digunakan para bandar untuk menjerat pemain agar terus bermain. "Near miss" terjadi ketika hasil permainan menunjukkan bahwa pemain hampir mendapatkan kemenangan, seperti ketika dua dari tiga simbol jackpot muncul di mesin slot, dan simbol ketiga sedikit meleset dari tempatnya. Situasi ini memunculkan rasa bahwa kemenangan besar “sudah dekat,” dan mendorong pemain untuk terus mencoba—padahal, peluang kemenangan sebenarnya tetap acak dan tidak dipengaruhi oleh putaran sebelumnya.
Penelitian oleh ahli psikologi seperti Dr. Luke Clark dari University of Cambridge telah mengungkap bahwa otak manusia merespons near miss hampir sama dengan respon terhadap kemenangan. Dalam studinya, Clark menggunakan pencitraan otak untuk melihat bagaimana pemain bereaksi terhadap "hampir menang" di mesin slot. Hasilnya menunjukkan bahwa bagian otak yang mengatur emosi dan motivasi, yaitu striatum dan korteks insular, aktif pada tingkat yang sama saat mengalami "hampir menang" seperti saat pemain benar-benar menang. Reaksi ini memicu peningkatan dopamin, yang memberikan perasaan senang dan optimis, membuat pemain merasa “lebih dekat” ke kemenangan.
Menurut Dr. Clark, efek near miss menciptakan "ilusi kompetensi" atau keyakinan bahwa pemain hampir menguasai permainan. Ini adalah respons irasional karena setiap hasil permainan adalah acak, tetapi otak mempersepsikan pengalaman near miss sebagai sinyal bahwa pemain melakukan “hal yang benar” dan bahwa kemenangan besar sudah hampir di depan mata.
Konsekuensi dari Jebakan Mental dalam Perjudian
Ketiga jebakan mental ini—gambler’s fallacy, ilusi kontrol, dan feeling of lucky—sering kali membuat orang terperangkap dalam siklus perjudian yang merugikan. Ketika seseorang merasa yakin bisa menang atau merasa mampu mengendalikan hasil permainan, mereka cenderung tidak mempertimbangkan risiko secara objektif. Ini bisa menyebabkan mereka terus berjudi, bahkan saat kerugian sudah menumpuk.
Dampak negatif dari pola pikir seperti ini bukan hanya soal kehilangan uang. Secara emosional, mereka yang berjudi dengan ilusi ini bisa mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Rasa kecewa dari harapan yang tidak realistis sering kali memperparah masalah, yang akhirnya berdampak pada kehidupan sosial, pekerjaan, bahkan hubungan keluarga.
Membangun Kesadaran dan Mengambil Keputusan Bijak