Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Memahami Jerat "Ilusi Kontrol, Rasa Beruntung dan Hampir Menang" Dalam Perjudian

7 November 2024   07:19 Diperbarui: 7 November 2024   07:19 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjudian selalu memancing rasa penasaran. Rasanya sederhana: bertaruh dan menunggu nasib baik berpihak. Namun, di balik itu, ada jebakan mental yang bisa menyeret siapa saja ke dalam keputusan-keputusan yang berisiko. Perasaan “saya bisa menang” atau “keberuntungan akan datang” kerap kali muncul dan memberi harapan yang tampaknya nyata, padahal lebih banyak diwarnai oleh bias psikologis. Gambler’s fallacy, ilusi kontrol, dan feeling of lucky adalah beberapa di antaranya—jebakan mental yang seolah memanipulasi pemikiran kita sehingga keputusan terasa benar, padahal tidak selalu.

Dalam tulisan ini, kita akan membedah mekanisme di balik jebakan-jebakan psikologis yang sering kali memengaruhi cara kita berjudi atau mengambil keputusan berisiko. Memahami konsep-konsep ini bisa jadi langkah awal untuk lebih bijak dan rasional, karena kadang kemenangan terbaik bukanlah dari jumlah uang, melainkan keputusan yang tidak merugikan diri sendiri.

Gambler’s Fallacy: Ketika Logika Tergelincir dalam Pola Acak

Gambler’s fallacy, atau kesalahan penjudi, adalah keyakinan bahwa hasil dari peristiwa acak bisa diprediksi berdasarkan hasil sebelumnya. Bayangkan Anda bermain roulette, dan bola sudah beberapa kali mendarat di warna hitam. Anda mungkin berpikir, “Merah pasti keluar berikutnya, sudah lama tidak muncul.” Namun, kenyataannya, setiap putaran bersifat independen. Tidak peduli berapa kali hitam muncul, peluang merah tetap sama setiap kali.

Gambler’s fallacy adalah bentuk ilusi yang mengganggu pemikiran rasional. Amos Tversky dan Daniel Kahneman, dua psikolog terkenal yang mempelajari bias kognitif, menunjukkan bahwa manusia sering kali mencari pola dalam hal-hal yang sebenarnya acak. Dalam perjudian, ini bisa menyebabkan seseorang terus-terusan memasang taruhan, meyakini "giliran saya menang akan segera datang."

Banyak orang yang berjudi mengalami hal ini saat mereka kalah berturut-turut. Mereka terus bertaruh, merasa kemenangan sudah dekat. Padahal, fakta sederhana bahwa peluangnya tetap sama sering kali luput dari pikiran mereka. Akibatnya, gambler’s fallacy justru bisa membuat seseorang jatuh dalam kerugian yang terus berlanjut.

Ilusi Kontrol: Merasa Mengendalikan Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan

Ilusi kontrol adalah jebakan berikutnya yang membuat perjudian terasa penuh harapan. Ini adalah keyakinan bahwa kita bisa mengontrol atau memengaruhi hasil peristiwa acak. Sebagai contoh, seorang pemain dadu mungkin mengguncang dadu dengan cara tertentu atau menunggu “momen yang tepat” agar hasilnya sesuai dengan harapan. Padahal, hasilnya tidak akan berubah karena dadu tersebut sepenuhnya acak.

Menurut psikolog Ellen Langer, ilusi kontrol membuat seseorang merasa memiliki pengaruh pada peristiwa acak yang sebenarnya tidak bisa dikendalikan. Dalam konteks perjudian, hal ini memberi pemain rasa percaya diri palsu. Ketika seseorang merasa bisa mengendalikan hasil permainan, mereka cenderung memasang taruhan lebih besar, berpikir bahwa mereka punya kemampuan “mengatur” kemenangan.

Dalam permainan slot mesin, ada orang yang memilih tombol dengan hati-hati, percaya bahwa mereka dapat “menyelaraskan” kemenangan. Ini bisa menjadi alasan di balik keputusan berisiko, padahal tidak ada kaitan antara cara mereka bermain dan hasil akhir yang sepenuhnya diatur oleh mesin.

Feeling of Lucky: Keberuntungan Semu yang Menyulut Keputusan Impulsif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun