Jung, mengantisipasi ketegangan yang meningkat, menengahi dengan senyuman damai.
Carl Jung:
"Sabar, Tuan-Tuan, sabar. Mari kita ingat, kita adalah tamu dalam ruang diskusi yang abadi ini. Sigmund, mungkin Anda bisa menjelaskan lebih lanjut: Mengapa agama, yang menurut Anda adalah ilusi, tampaknya memiliki kekuatan yang begitu besar dalam membentuk peradaban?"
Sigmund Freud:
"Sederhana saja, Jung. Agama menawarkan fantasi yang nyaman, Â sebuah pelarian. Alih-alih menerima keterbatasan manusia, agama menyediakan sistem kepercayaan yang menghibur dan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat kita pahami. Ini lebih seperti impian dari seorang anak ketakutan."
Al-Farabi Membalas dengan Tajam
"Sungguh pandangan yang sempit, Tuan Freud! Anda melihat Tuhan hanya sebagai pelarian dari ketakutan manusia. Tapi bukankah Anda sendiri terjebak dalam ilusi lain, ilusi bahwa segala hal bisa dijelaskan dengan kompleksitas psikologis? Jika Anda terus mencari kelemahan dalam setiap hal, Anda hanya akan menemukan kehampaan, bukan kebenaran."
(Freud tampak tersinggung, sementara Jung menahan tawa kecil)
Carl Jung:
"Tenang, tenang. Kita di sini bukan untuk menyimpulkan siapa yang benar, tetapi untuk memahami. Tuan Al-Farabi, bagaimana jika, seperti yang dikatakan Freud, kepercayaan kepada Tuhan itu bukan realitas objektif, tapi... mekanisme psikologis?"
Al-Farabi: