Al-Farabi Memulai dengan Filosofis
Al-Farabi bangkit dengan mantap, mengusap jubahnya, lalu berbicara dengan nada yang tenang namun penuh keyakinan.
Al-Farabi:
"Terima kasih, Tuan Jung. Saudaraku sekalian, agama dan Tuhan adalah realitas objektif yang dapat kita pahami melalui akal. Tuhan bukanlah ilusi, melainkan asal dari segala yang ada, penyebab pertama yang tak tergerakkan. Tanpa Tuhan, segalanya tak memiliki tujuan dan makna. Agama adalah panduan menuju kebenaran, untuk mencapai kebahagiaan hakiki dan keharmonisan kosmis. Kesimpulan ini tak membutuhkan ketergantungan emosional, tapi logika yang murni dan akal yang bijaksana."
(Freud menyeringai mendengar kata "ketergantungan emosional.")
Freud Menyentil dengan Psikoanalisis
Freud kemudian menghela napas, menyesap pipa imajinernya, dan berbicara dengan nada sinis.
Sigmund Freud:
"Terima kasih, Tuan Jung. Saya, tentu saja, hanya seorang dokter yang mempelajari pikiran manusia dan ilusi yang tercipta dari ketakutan terdalam kita. Menurut saya, Tuhan adalah proyeksi dari kebutuhan akan ayah, perlindungan ilusi dari ketidakpastian hidup. Bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi ketakutan dan ketergantungan yang menciptakan konsep Tuhan. Dan agama? Ah, itu hanyalah neurosis kolektif, sebuah cara untuk memuaskan hasrat primitif manusia tanpa menghadapinya dengan kedewasaan."
(Al-Farabi menyipitkan mata, tampak sedikit tersinggung)
Jung Menanggapi dengan Sopan