Oleh : Rudi Sinaba
Riset akademis adalah fondasi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, agar sebuah riset dianggap kredibel, seorang peneliti harus mempertanggungjawabkan proses dan hasil penelitiannya. Ini tidak hanya untuk menjaga kepercayaan komunitas ilmiah, tetapi juga untuk memastikan bahwa hasil riset dapat diandalkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Berikut adalah beberapa aspek penting yang harus dipertanggungjawabkan oleh peneliti dalam riset akademis, beserta dampak dan konsekuensinya.
1. Keaslian dan Kejujuran Ilmiah
Kejujuran adalah prinsip mendasar dalam riset akademis. Peneliti harus memastikan bahwa semua ide, data, dan hasil yang dipublikasikan adalah karya asli mereka. Plagiarisme---mengklaim karya orang lain sebagai milik sendiri---adalah pelanggaran serius yang bisa menghancurkan reputasi seorang peneliti.
Sebuah studi dari "Science" pada tahun 2018 menemukan bahwa 3,3% dari publikasi ilmiah terindikasi plagiarisme atau manipulasi data .
Kasus terkenal terjadi pada 2005 ketika ilmuwan Korea Selatan, Hwang Woo-suk, memalsukan data tentang kloning manusia. Meskipun awalnya dielu-elukan sebagai prestasi besar, hasil risetnya terbukti palsu dan merusak karier serta reputasi sains di negaranya .
Ketidakjujuran dalam penelitian dapat merusak kepercayaan publik terhadap sains. Jika hasil riset yang dipalsukan digunakan untuk kebijakan atau inovasi teknologi, konsekuensinya bisa membahayakan masyarakat, baik dalam hal kesehatan, lingkungan, maupun kebijakan publik.
2. Validitas Metodologi
Metodologi yang tepat adalah landasan dari riset yang valid. Peneliti harus memilih metode yang sesuai dengan pertanyaan riset dan secara sistematis mengumpulkan serta menganalisis data. Metode yang buruk dapat menghasilkan kesimpulan yang salah dan membingungkan.Â
Menurut John Creswell, penulis buku terkenal tentang metodologi penelitian, "Validitas riset tergantung pada kesesuaian metode yang digunakan dengan masalah penelitian yang dihadapi".
Sebuah riset tentang efektivitas vaksin COVID-19 tidak akan bisa diandalkan jika hanya dilakukan pada sekelompok kecil orang tanpa kontrol placebo. Hasil semacam itu tidak dapat digeneralisasi ke populasi yang lebih luas.
Jika metodologi yang tidak valid digunakan dalam riset kesehatan, misalnya, dampaknya bisa sangat fatal. Bayangkan jika sebuah obat dinyatakan aman karena penelitian yang cacat, namun ternyata menyebabkan efek samping serius. Konsekuensi bagi masyarakat bisa sangat merugikan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
3. Etika Penelitian
Penelitian yang melibatkan manusia atau hewan harus mengikuti protokol etika yang ketat. Ini termasuk memastikan bahwa partisipan memberikan persetujuan secara sukarela, memahami risiko yang mungkin mereka hadapi, dan data pribadi mereka dijaga kerahasiaannya.
Sejak skandal studi Tuskegee pada tahun 1970-an di mana peneliti menahan pengobatan untuk subjek berpenyakit sifilis di Alabama tanpa persetujuan mereka standar etika penelitian telah diperketat di seluruh dunia .
Sebuah riset di tahun 2021 di bidang psikologi menemukan bahwa anak-anak yang terpapar layar gadget berlebihan memiliki risiko mengalami keterlambatan bicara. Studi ini dilakukan dengan izin orang tua, dan data pribadi anak-anak dilindungi dengan ketat.
Jika etika diabaikan, kepercayaan publik terhadap penelitian akan runtuh. Selain itu, penelitian yang melanggar etika bisa menimbulkan trauma fisik maupun psikologis bagi partisipan, serta bisa berujung pada tuntutan hukum terhadap peneliti atau lembaga penelitian.
4. Akurasi dan Transparansi Data
Peneliti harus terbuka tentang bagaimana data dikumpulkan dan diinterpretasikan. Manipulasi atau distorsi data untuk mendukung hipotesis adalah tindakan tidak etis. Semua proses, termasuk data yang dihasilkan, harus disajikan secara transparan sehingga dapat diverifikasi oleh peneliti lain.
Jurrnal "Nature" melaporkan bahwa 70% peneliti mengalami kesulitan mereplikasi penelitian lain karena kurangnya transparansi dalam metode atau data penelitian .
Salah satu kasus terkenal adalah peneliti Andrew Wakefield, yang pada 1998 menerbitkan studi yang mengklaim bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme. Studi ini kemudian terbukti penuh dengan manipulasi data, dan hasilnya telah merusak kepercayaan publik terhadap vaksinasi, menyebabkan kebangkitan penyakit yang sebelumnya sudah hampir hilang .
Jika data tidak akurat atau tidak transparan, penelitian tidak dapat direplikasi atau dipercaya. Ini dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan membuat kebijakan berbasis riset menjadi cacat.
5. Relevansi dan Kontribusi
Setiap riset harus memiliki kontribusi yang signifikan terhadap bidang ilmu yang ditekuni. Penelitian yang tidak relevan, tidak memiliki inovasi, atau tidak memecahkan masalah yang ada, bisa dianggap sebagai pemborosan sumber daya.
Menurut Albert Bandura, seorang psikolog terkenal, "Penelitian yang baik adalah penelitian yang memecahkan masalah nyata dan memiliki dampak pada masyarakat luas".
Penelitian tentang pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya, telah memberikan dampak besar dalam mengatasi perubahan iklim. Penelitian ini dianggap relevan dan sangat penting karena memberikan solusi konkret terhadap krisis energi dan lingkungan.
Penelitian yang tidak relevan dapat merugikan sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk riset yang lebih penting. Dalam jangka panjang, ini juga bisa memperlambat inovasi dan pengembangan teknologi.
6. Pengelolaan Konflik Kepentingan
Peneliti harus mengungkapkan jika mereka memiliki konflik kepentingan yang bisa memengaruhi hasil penelitian. Ini penting untuk menjaga integritas penelitian dan memastikan bahwa hasilnya objektif.
Sebuah studi pada jurnal medis menunjukkan bahwa 29% penelitian yang didanai oleh industri farmasi cenderung menghasilkan hasil yang lebih positif untuk produk yang mereka teliti, dibandingkan penelitian independen .
Pada 2015, sebuah riset tentang manfaat gula yang didanai oleh industri makanan dikritik karena hasilnya dianggap bias, mengurangi perhatian terhadap bahaya kesehatan gula berlebihan.
Konflik kepentingan yang tidak diungkapkan dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap hasil penelitian. Jika ini terjadi pada riset yang terkait dengan kesehatan masyarakat atau kebijakan publik, konsekuensinya bisa sangat serius.
7. Publikasi dan Penyebaran Hasil
Peneliti memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan hasil penelitian mereka, baik melalui jurnal ilmiah maupun kepada masyarakat luas. Publikasi yang tepat juga memungkinkan komunitas ilmiah untuk menguji dan memverifikasi hasil penelitian.
Pada awal pandemi COVID-19, berbagai riset tentang virus SARS-CoV-2 dipublikasikan dengan cepat untuk membantu peneliti lain di seluruh dunia. Ini mempercepat pengembangan vaksin dan pengobatan, dan menunjukkan betapa pentingnya penyebaran hasil riset yang cepat dan transparan .
Jika hasil penelitian tidak dipublikasikan dengan baik, riset tersebut tidak akan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Bahkan bisa memicu penyebaran informasi yang salah jika riset yang tidak terpublikasi disalahgunakan.
8. Replikasi dan Verifikasi
Untuk memastikan bahwa suatu temuan dapat dipercaya, peneliti lain harus bisa mereplikasi penelitian tersebut. Ini adalah ujian terakhir dari validitas penelitian.
Riset yang berhasil mereplikasi hasil penemuan peneliti lain telah membantu memajukan ilmu pengetahuan di berbagai bidang, seperti psikologi dan fisika. Tanpa replikasi, penelitian bisa berakhir sebagai anomali yang tidak pernah bisa dibuktikan kebenarannya.
Jika riset tidak bisa direplikasi, hasilnya diragukan dan tidak bisa dijadikan landasan untuk pengembangan lebih lanjut. Ini bisa mengakibatkan penundaan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Manfaat Riset Akademis
Riset akademis harus dapat dipertanggungjawabkan karena dapat membawa manfaat besar bagi kehidupan dan peradaban manusia. Beberapa manfaat riset akademis antara lain :
1. Kemajuan Teknologi: Mendorong inovasi seperti komputer, ponsel pintar, dan pengobatan modern.
2. Pemahaman Alam Semesta: Memperdalam pengetahuan tentang fenomena alam, dari gen, atom dan molekul hingga galaksi.
3. Peningkatan Kesehatan: Menemukan pengobatan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.
4. Solusi Masalah Lingkungan: Mengatasi tantangan seperti perubahan iklim dan polusi.
5. Pertumbuhan Ekonomi: Menciptakan produk, pasar, dan lapangan kerja baru melalui inovasi.
6. Keamanan dan Keselamatan: Meningkatkan keselamatan dengan teknologi mitigasi bencana dan keamanan siber.
7. Pendidikan: Memperbarui kurikulum dengan pengetahuan terkini, melatih generasi masa depan.
8. Jawaban Filosofis: Menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan dan posisi manusia di alam semesta.
Kesimpulan
Pertanggungjawaban dalam riset akademis sangat penting untuk menjaga integritas dan validitas penelitian. Setiap langkah dalam proses penelitian mulai dari pengumpulan data hingga publikasi hasil  harus dilakukan dengan jujur, transparan, dan etis. Jika tidak, dampaknya bisa sangat merugikan, tidak hanya bagi peneliti itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas. Riset sains berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup, memajukan teknologi, dan menjaga lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI