Jika metodologi yang tidak valid digunakan dalam riset kesehatan, misalnya, dampaknya bisa sangat fatal. Bayangkan jika sebuah obat dinyatakan aman karena penelitian yang cacat, namun ternyata menyebabkan efek samping serius. Konsekuensi bagi masyarakat bisa sangat merugikan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
3. Etika Penelitian
Penelitian yang melibatkan manusia atau hewan harus mengikuti protokol etika yang ketat. Ini termasuk memastikan bahwa partisipan memberikan persetujuan secara sukarela, memahami risiko yang mungkin mereka hadapi, dan data pribadi mereka dijaga kerahasiaannya.
Sejak skandal studi Tuskegee pada tahun 1970-an di mana peneliti menahan pengobatan untuk subjek berpenyakit sifilis di Alabama tanpa persetujuan mereka standar etika penelitian telah diperketat di seluruh dunia .
Sebuah riset di tahun 2021 di bidang psikologi menemukan bahwa anak-anak yang terpapar layar gadget berlebihan memiliki risiko mengalami keterlambatan bicara. Studi ini dilakukan dengan izin orang tua, dan data pribadi anak-anak dilindungi dengan ketat.
Jika etika diabaikan, kepercayaan publik terhadap penelitian akan runtuh. Selain itu, penelitian yang melanggar etika bisa menimbulkan trauma fisik maupun psikologis bagi partisipan, serta bisa berujung pada tuntutan hukum terhadap peneliti atau lembaga penelitian.
4. Akurasi dan Transparansi Data
Peneliti harus terbuka tentang bagaimana data dikumpulkan dan diinterpretasikan. Manipulasi atau distorsi data untuk mendukung hipotesis adalah tindakan tidak etis. Semua proses, termasuk data yang dihasilkan, harus disajikan secara transparan sehingga dapat diverifikasi oleh peneliti lain.
Jurrnal "Nature" melaporkan bahwa 70% peneliti mengalami kesulitan mereplikasi penelitian lain karena kurangnya transparansi dalam metode atau data penelitian .
Salah satu kasus terkenal adalah peneliti Andrew Wakefield, yang pada 1998 menerbitkan studi yang mengklaim bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme. Studi ini kemudian terbukti penuh dengan manipulasi data, dan hasilnya telah merusak kepercayaan publik terhadap vaksinasi, menyebabkan kebangkitan penyakit yang sebelumnya sudah hampir hilang .
Jika data tidak akurat atau tidak transparan, penelitian tidak dapat direplikasi atau dipercaya. Ini dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan membuat kebijakan berbasis riset menjadi cacat.