Jerome Bruner, yang mempopulerkan Discovery Learning, berargumen bahwa ketika siswa menemukan informasi sendiri, mereka lebih mungkin untuk memahami dan mengingatnya. Bruner percaya bahwa pembelajaran harus memungkinkan siswa untuk menjadi penemu, bukan hanya penerima informasi pasif.
Belanda menerapkan metode pembelajaran ini dalam sistem pendidikannya. Sekolah-sekolah di Belanda sering menggunakan pendekatan inkuiri dan penemuan, mendorong siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menemukan jawaban secara mandiri..
7. Â Pendekatan Spiral (Spiral Approach)
Dalam pendekatan ini, konsep-konsep matematika yang diajarkan diperkenalkan secara bertahap dan diperdalam pada tingkat berikutnya. Siswa diperkenalkan pada ide dasar di awal dan kemudian mempelajari aplikasi yang lebih kompleks seiring kemajuan pembelajaran.
Konsep bilangan negatif diperkenalkan secara sederhana di kelas awal, misalnya dalam konteks suhu di bawah nol. Di kelas berikutnya, konsep ini diperluas ke operasi aritmetika dengan bilangan negatif, dan kemudian digunakan dalam persamaan aljabar yang lebih kompleks di tingkat yang lebih tinggi.Â
Jerome Bruner juga mendukung pendekatan spiral dalam kurikulum. Ia menyatakan bahwa dengan mengulang konsep yang sama pada tingkat kompleksitas yang meningkat, siswa dapat membangun pemahaman yang lebih kuat dan terintegrasi tentang materi pelajaran.
Jepang menggunakan pendekatan spiral dalam kurikulum matematikanya. Materi disusun sedemikian rupa sehingga konsep-konsep diperkenalkan kembali dan diperdalam di setiap tingkat kelas, memungkinkan siswa untuk memperkuat dan memperluas pemahaman mereka seiring waktu.
8. Pemberian Umpan Balik yang Konstruktif
Umpan balik yang cepat dan mendetail sangat penting dalam pembelajaran matematika. Siswa perlu memahami di mana mereka melakukan kesalahan dan bagaimana cara memperbaikinya. Ini membantu mereka mengembangkan kemampuan problem-solving dan memperbaiki kesalahan secara efektif.
Setelah menyelesaikan tugas matematika, siswa menerima umpan balik tertulis yang spesifik dari guru, yang tidak hanya menunjukkan jawaban yang salah tetapi juga memberikan penjelasan mengapa jawaban tersebut salah dan bagaimana cara memperbaikinya. Guru juga menyediakan sesi konsultasi untuk mendiskusikan kesulitan yang dihadapi siswa.
 John Hattie, melalui meta-analisisnya dalam "Visible Learning," menemukan bahwa umpan balik memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi siswa. Hattie menekankan bahwa umpan balik yang efektif harus jelas, spesifik, dan berfokus pada proses pembelajaran, bukan hanya hasil akhir.