Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Persamaan Pemerintahan Otoriter Kim Jong-un dan Hitler. Oleh : Rudi Sinaba

6 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Sepanjang sejarah, pemerintahan otoriter telah muncul di berbagai belahan dunia, menciptakan kondisi yang mencekik kebebasan individu dan menindas hak asasi manusia. Dalam banyak kasus, rezim-rezim ini ditandai dengan penggunaan kekerasan, propaganda, dan kontrol total terhadap masyarakat. 

Dua contoh paling mencolok dari pemerintahan semacam itu adalah Korea Utara di bawah Kim Jong-un dan Jerman Nazi di bawah Adolf Hitler.

Korea Utara, yang dipimpin oleh Kim Jong-un, merupakan salah satu rezim paling represif di dunia saat ini. Dengan cara pengendalian sosial yang ketat dan penggunaan teror sebagai alat pemerintahan, rezim ini berhasil menciptakan atmosfer ketakutan di antara warganya. 

Masyarakat Korea Utara hidup dalam cengkeraman ketidakpastian dan kekurangan, di mana kebebasan berpendapat dan berekspresi dihancurkan. Pemimpin mereka, yang dikelilingi oleh kultus kepribadian, digambarkan sebagai sosok yang tak tergantikan dan diagungkan, meskipun banyak dari rakyatnya yang menderita.

Sementara itu, Jerman Nazi, yang dipimpin oleh Adolf Hitler, menunjukkan bagaimana ideologi ekstrem dan propaganda dapat digunakan untuk membenarkan kebijakan yang brutal dan diskriminatif. 

Dengan mempromosikan doktrin rasial dan nasionalisme yang radikal, rezim ini tidak hanya menindas lawan politiknya, tetapi juga melakukan genosida terhadap jutaan orang, terutama Yahudi dan kelompok minoritas lainnya. 

Pemerintah Nazi menciptakan suasana di mana ketakutan dan loyalitas terpaksa menjadi norma, yang memungkinkan kekejaman luar biasa untuk berlangsung tanpa perlawanan yang signifikan.

Kedua rezim ini, meskipun muncul dalam konteks yang berbeda, menunjukkan pola serupa dalam cara mereka mempertahankan kekuasaan dan menindas masyarakat. Melalui teknik-teknik pengendalian sosial yang efektif, mereka berhasil menciptakan sistem di mana ketidakpuasan dibungkam, dan penderitaan rakyat menjadi bagian dari struktur pemerintahan yang menindas. 

Dalam kajian ini, kita akan mengeksplorasi kondisi kehidupan di Korea Utara dan kesamaan dengan rezim Adolf Hitler, serta bagaimana kekuasaan otoriter dapat menghasilkan dampak yang merugikan bagi masyarakat yang terjepit di bawahnya.

Terdapat sejumlah persamaan antara manajemen kekuasaan Kim Jong-un di Korea Utara dan Adolf Hitler di Jerman Nazi, meskipun konteks dan sejarah kedua negara sangat berbeda. Berikut adalah beberapa kesamaan yang mencolok:

1. Kultus Kepribadian: 

Baik Kim Jong-un maupun Hitler membangun kultus kepribadian yang kuat di sekitar diri mereka sendiri. Mereka dipromosikan sebagai pemimpin yang tak tergantikan dan visioner, dan segala keberhasilan negara dikaitkan langsung dengan kepemimpinan mereka.

2. Propaganda: 

Kedua rezim menggunakan propaganda secara efektif untuk membentuk opini publik dan membenarkan kebijakan mereka. Media dikuasai negara dan digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan yang mendukung pemimpin dan rezim, menciptakan narasi yang mendiskreditkan musuh politik.

3. Penggunaan Ketakutan dan Teror: 

Kim dan Hitler menggunakan kekerasan, teror, dan penegakan hukum untuk mengendalikan populasi. Mereka menciptakan suasana ketakutan di mana setiap bentuk pembangkangan akan dihukum berat, termasuk eksekusi, penahanan, dan penyiksaan.

4. Militerisasi Masyarakat: 

Keduanya menempatkan militer dan aparat keamanan di pusat kekuasaan. Dalam kasus Hitler, ini termasuk SS dan Gestapo, sementara di Korea Utara, militer memainkan peran sentral dalam mempertahankan kekuasaan rezim.

5. Ideologi Dominan: 

Kedua rezim mendasarkan kebijakan mereka pada ideologi yang kuat. Nazisme didasarkan pada rasialisme dan nasionalisme ekstrem, sedangkan Kim Jong-un mempromosikan Juche (ideologi yang menekankan kemandirian) dan sosialisme sebagai landasan legitimasi kekuasaannya.

6. Represi Terhadap Oposisi: 

Kim dan Hitler secara aktif menindas dan membungkam oposisi, baik politik maupun sosial. Ini termasuk penangkapan, penganiayaan, dan penghilangan lawan politik.

7. Pembangunan Infrastruktur dan Militer:

Baik rezim Kim maupun Hitler melakukan investasi besar dalam pembangunan infrastruktur dan kekuatan militer. Hitler mengimplementasikan proyek-proyek ambisius seperti Autobahn, sementara Korea Utara berfokus pada pengembangan senjata nuklir dan teknologi militer.

8. Dukungan Elit dan Keluarga: 

Keduanya mempertahankan kekuasaan dengan mendukung elit yang setia. Hitler mengandalkan elite Nazi, sementara Kim membangun jaringan loyalitas di dalam keluarga dan lingkaran dekatnya.

Kesimpulan

Dengan mempelajari berbagai aspek ini, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang bagaimana individu atau kelompok kecil dapat menguasai dan mengendalikan populasi besar secara keji, serta faktor-faktor yang memungkinkan kekuasaan tersebut bertahan dalam jangka waktu lama. Fenomena ini juga mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia dan demokrasi untuk mencegah terulangnya situasi serupa di tempat lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun