Mohon tunggu...
Rudi Ahmad Suryadi
Rudi Ahmad Suryadi Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar Keislaman

Mengeja rangkaian kata dalam samudera khazanah keislaman

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Arab dan Literasi Ilmu Keislaman

18 Mei 2020   16:42 Diperbarui: 18 Mei 2020   16:40 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: news.108jakarta.com

Islam telah meluas, tidak hanya pada aspek sosiologis dan peta kewilayahan. Islam meluas seiring dengan dorongan untuk memperluas pengetahuan. 

Tak heran, Islam memiliki khazanah keilmuan yang sangat luas yang ditulis oleh para ulama. Mereka menulis berbagai macam ilmu keislaman, sains, bahkan hubungan antara sains dan keislaman. Itu salah satu hasil eksplorasi Marshal Hodgson pada bukunya yang terkenal, The Venture of Islam (1997).  

Khazanah keilmuan islam banyak ditulis dalam bahasa Arab. Kenyataan ini menegaskan bahwa bahasa Arab menjadi pengantar keilmuan, yang sebelumnya dipengaruhi oleh al-Qur'an dan penulisan hadis. 

Kita bisa melihatnya pada beberapa perpustakaan, toko kitab, dan sumber digital. Berkat perkembangan teknologi informasi, khazanah yang berbentuk manuskrip () dan kitab dalam kertas, dapat dikonversi pada bentuk file, sehingga memudahkan pemerhati, pelajar, dan para ulama hari ini dalam mengakses sumber tersebut. Kita dapat melihat mengakses, dan mengunduh pada beberapa situs yang kredibel seperti al-waqfeya, al-misykat, juga yang lainnya.

Bukti fisik dan transfer pengetahuan pada khazanah ini, selamanya tidak bisa dipisahkan dari teks dan medan makna penuturan bahasa Arab. 

Terlebih, ketika membaca literatur klasik yang jumlahnya-mungkin-mencapai jutaan judul dan jilid.  Bahasa Arab dalam hal ini menjadi bahasa al-Quran dan hadis, begitu pula menjadi bahasa pengantar keilmuan.

Khazanah keislaman ini di kalangan pesantren sering disebut dengan kitab kuning. Penguasaan teks khazanah keislaman tersebut dikuatkan dengan pemahaman bahasa Arab yang mumpuni. 

Penguasaan bahasa Arab menjadi faktor vital dalam memahami turats keislaman, demikian kata Khalid al-Hazimi dalam al-Atsar al-Tarbawi li Dirasah al-Lughah al-Arabiyyah (2014).  

Lebih lanjut, kaitan ini dapat dihubungkan dengan pemahaman keislaman.  Pemahaman keislaman melalui piranti bahasa sebagai pengantar keilmuan tak bisa dilepaskan dari kemampuan literasi. Atau literasi keislaman tak bisa terlepas dari penguasaan bahasa Arab.

Mengulas Makna Literasi untuk Khazanah Keislaman

Pada kajian pendidikan, proses literasi sudah berjalan lama. Transfer materi pelajaran dalam interaksi edukatif guru-murid, kyai-santri, atau untuk meningkatkan pemahaman, menjadi ruang dalam penguatan literasi. Dihubungkan dengan khazanah keislaman, kemampuan literasi sangat penting. Literasi akan membuka pemahaman terhadap teks yang dibaca.

Istilah literasi merupakan serapan dari bahasa Inggris (literacy). Secara bahasa, literacy berasal dari bahasa Latin literatus (orang yang belajar). Pada bahasa Latin terdapat kata littera yang berarti huruf, sistem tulisan konvensi yang mengikutinya, sebagaimana dilansir  pada literasipublik.com (2019). 

Sejarawan Italia, Carlo Cipolla menyebut literatus pada orang yang dapat membaca, menulis, dan berdialog.  Orang-orang  yang dapat membaca namun tidak bisa menulis disebut sebagai semi-iliterate.

Dalam bahasa Arab, kata literasi  (kata benda/noun)  dipadankan dengan   , yaitu state of being able to read and write (pernyataan mengenai kemampuan membaca dan menulis.  Kemampuan literasi dalam bahasa Arab disebut juga sebagai mahw al-umiyyah ( ). Interaksi pendidikan yang berhubungan dengan literasi dipadankan dengan     .  (Almaany, 2020).

Teori tentang Emergent Literacy yang digagas oleh professor di Michigan University, Elizabeth Sulzby, menunjukkan bahwa literasi menjadi kemampuan dasar bagi seseorang dalam memahami sesuatu melalui piranti bahasa. 

Dengan penelitian pada kelompok anak, ia menemukan teori pembentukan pemahaman antar anak melalui bahasa yang diujarkan. Elizabet Sulzby lebih lanjut mengaitkan kemampuan berbahasa dalam komunikasi baik dalam bentuk membaca, berbicara, menyimak, dan menulis. (www.academia.edu/sulbzby, 2020)

Organisasi internasional yang bergerak khusus menangani bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan UNESCO memberikan pengertian literasi. Menurut UNESCO literasi sebagai seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh, siapa yang memperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya. 

National Institute for Literacy menyajikan pemahaman bahwa literasi ditujukan pada kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Pemahaman ini memposisikan literasi secara kontekstual lingkungan, yang tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis, tetapi juga merespon lingkungan. (UNESCO, 2015; NIL, 2009)

Literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan potensi dan keterampilan yang dimilikinya untuk menjalani kehidupannya.  Pengertian yang diberikan  oleh Education Development Center (EDC) lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. 

Literasi meupakan kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Sejalan dengan kemampuan tersebut, ketika seseorang dapat memaknai literasi, seseorang dapat membaca dunia.

Khazanah keislaman yang ditulis dalam bahasa Arab, tidak serta dapat dipahami langsung sesuai dengan bahasa padanan (Arab-Indonesia). Setiap teks (al-lafzh wa al-jumlah) memiliki struktur dan makna tertentu. 

Literasi sebagai kemampuan untuk memahami teks Arab menjadi keniscayaan. Bahasa Arab memiliki karakteristik paparan narasi-deskriptif (), gaya bahasa (), dan stilistika ( ). Bahkan ditambah dalam bentuk syair () dan pembentukannya yaitu dan . Analisis teksnya diperlukan gramatika dan morfologi ( ). 

Literasi khazanah keislaman diperlukan keterampilan bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki instrumen ilmu yang cukup kompleks, terutama untuk kajian tafsir, ushul fikih, fikih, hadis, bahkan bahasa informasi keilmuan lainnya. Dalam hal ini, literasi khazanah keislaman memiliki dua sisi. Pertama, literasi terhadap konten pada sumber rujukan yang dibaca terutama yang berbahasa Arab. 

Literasi ini berkaitan dengan isi apa yang dibaca, sehingga bisa pahami, disimpan, dan direproduksi.  Kedua, kemampuan literasi dalam komunikasi bahasa Arab yang berbasis teks. Bahasa Arab menjadi pengantar dalam teks yang dibaca, teks yang dibaca dapat dipahami apabila individu memahami dan terampil bahasa Arab.

Pemahaman terhadap isi khazanah keislaman ini memiliki langkah dua kali dibanding dengan pemahaman yang berbasis bahasa induk (Indonesia). Langkah untuk piranti bahasa Arab disertai langkah untuk memahami teks.  

Ini baru berkaitan dengan literasi dasar dalam arti kemampuan membaca teks. Belum lagi, bila khazanah itu tidak berbentuk teks berbasis kertas.  Khazanah keislaman hari ini diproduksi melalui media berbasis teknologi informasi.

Kalau produksi teksnya berbasis media seperti itu, literasi khazanah keislaman memerlukan pemahaman alur produksi teks pada media tersebut. Juga, pada jenis literasi khazanah lainnya, misalnya pada visual,  teknologi informasi, dan perpustakaan.

Dalam kaitan ini, bahasa Arab menjadi alat untuk memperdalam literasi khazanah keislaman. Kalau temanya bahasa Arab dengan struktur keilmuannya, maka bahasa Arab menjadi alat untuk mempelajari bahasa Arab sendiri (?).

Urgensi Bahasa Arab dalam Literasi Khazanah Keislaman

Imam al-Syafi'i dalam al-Risalah (1987) telah memberikan penjelasan tentang pentingnya bahasa Arab. Dengan membedakan kebutuhan setiap orang muslim akan bahasa Arab, dan kebutuhan bagi yang ingin memiliki ilmu guna memahami al-Qur'an dan sunnah serta memahami hukum-hukum yang ada di dalamnya. 

Bahasa Arab merupakan sumber terpenting dalam memahami al-Qur'an. Dalam ilmu tafsir, bahasa Arab mempunyai urgensi antara lain, mengetahui makna semantik dari ayat al-Quran, dan mengetahui maksud yang terkandung dari ayat tersebut, sebagaimana disebutkan oleh al-Tayyar dalam Tafsir al-Lughawy li al-Qur'an al-Karim (2017).

Ilmu nahwu sebagai salah satu cabang ilmu bahasa Arab penting untuk dipelajari. Al-Qur'an, hadis, dan referensi keislaman banyak yang menggunakan bahasa Arab. Sehingga, untuk memahaminya harus mampu menguasai dan mengaplikasikan ilmu nahwu ini. Bagi kalangan pesantren sampai hari ini, Matan al-Ajurumiyah misalnya, ini masih menggaung untuk selalu dikaji. 

Al-Kasa'i (w. 179 H), salah seorang ulama ahli qiraat yang tujuh, juga imam Kufah dalam ilmu nahwu dan bahasa turut memberikan pengasan pentingnya ilmu nahwu. Dalam beberapa kitab tafsir, sering ditemukan nama ini.  Dalam satu syairnya, dia  mengungkapkan:

"Wahai para pencari ilmu yang manfaat

Pelajarilah ilmu nahwu dan hilangkan sangkaan salahmu

Sesungguhnya ilmu nahwu adalah timbangan yang harus dipegang

Semua ilmu akan bermanfaat dengan mempelajarinya."

Syaikh Syarafuddin al-Imrithi (w. 979 H), memberikan penjelasan melalui bahasa nazham mengenai pentingnya ilmu nahwu.  Beliau menyusun  syair sebanyak 254 bait. Pada salah satu bait pembuka, Syaikh Syarafuddin al-Imrithi, berkata:

"Ilmu nahwu lebih utama diajarkan pertama kali

Karena pernyataan tidak akan bisa dipahami tanpanya.

Terdapat kitab kecil yang baik penjelasannya

Berbentuk lembaran yang masyhur

Baik di negeri Arab, 'Ajam, dan Romawi

Yang dikarang oleh Ibn Ajurumi"

Tulisan ini sejatinya belum membahas problematika empirik pemahaman keislaman yang berbasis literatur berbahasa Arab. Atau, problematika terkait pembelajaran bahasa Arab yang diperlukan untuk memahami teks.  Tulisan di atas masih dalam wacana konseptual mengenai makna literasi dan urgensi bahasa Arab dalam memahami literatur keislaman. "Semoga menjadi satu titik dalam merangkai kalimat yang lebih bermanfaat".Wallahu A'lam.

*) Rudi Ahmad Suryadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun