Mohon tunggu...
Rudi Hartono
Rudi Hartono Mohon Tunggu... PNS -

Ingin seperti padi: Semakin berisi semakin merunduk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hari Ini Malaysia Berulang Tahun (Terpisah dengan Indonesia Akibat Trakta London)

31 Agustus 2015   09:11 Diperbarui: 31 Agustus 2015   10:02 12263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabik Kemerdekaan Malaysia oleh Tunku Abdur Rahman Putera

Lika-liku Perjuangan Kemerdekaan Malaysia.
Negara tetangga kita itu resmi merdeka dari Inggris tanggal 31 Agustus 1957. Dengan demikian negara Malaysia berumur 68 tahun.

Berbeda dengan Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan, disamping melakukan diplomasi juga dengan jalan konfrontasi untuk mendapatkan kemerdekaan; Malaysia hanya melakukan jalur politik.

Hal ini disebabkan oleh berbbagai faktor antara lain situasi politik dunia yang berbeda ketika Indonesia berjuang menuntut kemerdekaannya dari Belanda. Selain itu juga disebabkan faktor orang Melayu sendiri yang tidak memungkinkan melakukan konfrontasi seperti Indonesia karena jumlahnya sedikit walaupun mereka mayoritas di negeri tersebut. Selain Melayu, di Malaysia juga terdapat orang China yang jumlahnya tidak terpaut jauh daripada jumlah penduduk Melayu. Selain itu masih ada lagi etnis India yang jumlahnya cukup banyak.

Pada masa itu “kemalaysian” kedua etnis tersebut tidak seperti sekarang. Berbeda dengan keberadaan orang China di Indonesia waktu kemerdekaan dulu, jumlahnya kalah jauh dibandingkan dengan orang “asli” Indonesia. Jadi, walaupun ada kesan sebagian—jadi tidak semuanya—orang China waktu itu di Indonesia kurang mendukung perjuangan tetapi pengaruhnya tidak terlalu signifikan menghambat perjuangan merebut dan mempertahan kemerdekaan.

Melihat kondisi riil tersebut langkah pertama yang ditempuh Tunku Abdur Rahman Putera, tokoh terpenting dalam sejarah perjuangkan kemerdekaan Malaysia adalah dengan merangkul etnis China dan India. Caranya dengan membentuk Koalisi Melayu-China-India yang disebut Barisan Nasional—gabungan partai etnis Melayu (UMNO)dengan partai etnis China (MCA) dan India (MIC). Sungguhpun begitu sampai sekarang tidak semua orang China dan India yang berafiliasi dalam Barisan Nasional tersebut.

Tunku Abdur Rahman Putera keturunan bangsawan: ayahnya bernama Sultan Abdul Hamid Halim Syah, Sultan Kedah. Bundanya bernama Cik Menyalara atau Niarang Luang Nara, anak seorang pegawai kerajaan yang terletak di utara Thailand, berbatasan dengan Myanmar. Beliau lahir tanggal 8 Februari 1903 di Alor Star, Ibukota Kerajaan Kedah.

Berkat bebangsawan dan kecerdasannya beliau dapat mengikuti pendidikan dengan baik, di Malaysia sendiri maupun di Inggris.
Setelah menyelesaikan pendidikan beliau pulang ke Malaysia, menjadi pegawai pemerintahan Inggris, ditempatkan di berbagai daerah di Malaysia. Kelak pengalaman bertugas itu sangat berharga baginya dalam memimpin Malaysia.

Nama Tunku Abdur Rahman mulai mencuat ketika beliau masuk Partai UMNO yang ketika dipegang oleh Datuk Husin Onn. Terjunnya beliau ke UMNO antara lain disebabkan tidak puasnya raja-raja Melayu kepada kepemimpinan Datuk Husein Onn yang dinilai kurang berpihak kepada raja-raja Melayu—Tunku Abdur Rahman sendiri merupakan keturunan raja-raja Melayu sehingga keberadaannya di UMNO disokong raja-raja Melayu.

Beliau juga berusaha mendekati Sekretaris Partai Komunis Malaya Chin Peng. Tetapi kurang berhasil.

Setelah berhasil menyatukan Melayu-China-India beliau mulai melakukan diplomasi dengan penguasa Inggris, dan minta bantuan teman-teman sekolahnya semasa di Inggris yang antara lain termasuk kalangan bangsawan Inggris.

Sehari setlah Barisan Nasional memenangi pemilihan umum tahun 1955, semasa Malaysia masih di bawah Inggris, beliau bertemu untuk pertama kalinya dengan Pesuruhjaya tinggi British (Wakil Tinggi Ratu Inggris di Malaysia), Donald MacGillivray, tanggal 3 Juli 1955

Walaupun perundingan itu cukup maju tetapi belum seperti yang diharapkan rakyat Malaysia.

Selanjutnya Tunku Abdur Rahman Putera bertemu dengan setiausaha Tanah Jajahan British, Alan Lennox Boyd, di London untuk menandatangani perjanjian kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu, dengan syarat Malaysia harus menjadi anggota Commenwael (persekutuan negara bekas jajahan Inggris), tetap adanya Wakil Mahkota Tinggi Inggris di Malaysia, dan urusan Pertahanan.

Pertemuan Tunku Abdur Rahman dengan Lennox-Boyd

Pengibaran Bendera kebangsaan Malaysia, Jalur Gemilang

Puncak perundingan menuju kemerdekaan ditandatangi 5 Ogos 1957 antara wakil Ratu Inggris, Donal Charles MacGillivray dengan raja-raja Melayu. Tanggal ikrar merdeka ditetapkan tanggal 31 Agustus 1957, bertempat di Stadium Merdeka, Kuala Lumpur.

Sebelum itu Bendera Inggris Union Jack diturunkan secara resmi tanggal 30 Agustus pukul 12.00 waktu Malaysia. Bersamaan dengan itu dinaikkan pula Bendera Tanah Melayu, Jalur Gemilang.

Dengan tangan menggenggam ke ke udara, Tunku Abdurrahman melaungkan Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Pukul 11 dilakukan upacara angkat sumpah Yang Dipertuan Agong (Kepala Negara Malaysia) pertama di Federal House, Kuala Lumpur. Selanjutnya Yang Dipertuan Agung memperkenan untuk diadakan pelantikan Perdana Menteri (Kepala Pemerintahan) dan Kabinet pertama Malaysia.

Tunku Abdur Rahman, Yang Dipertuan Agong dan Lennox Boyd

Balon Bendera malaysia

atraksi tarian dari berbagai etnis di Malaysia

Indonesia – Malaysia Pisah Karena Inggris dan Belanda.

Pada mulanya wilayah Indonesia menyatu dengan wilayah Malaysia sekarang, khususnya antara kawasan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, ditambah dengan beberapa daerah sekitarnya dengan Semenanjung Tanah Melayu dan Singapura.

Kawasan itu terbelah dua seperti sekarang akibat perjanjian Inggris dengan Belanda yang dikenal dengan sebutan Traktat London, ditandatangani tanggal 17 Maret 1824. Isinya antara lain:
1. Belanda mengakui Singapura sebagai milik Inggris;
2. Untuk menghindari perselisihan di masa depan, Inggris dan Belanda membatasi kepentingan keduanya pada daerah khusus;
3. Daerah khusus dimaksud dipisahkan oleh Selat Melaka. Kawasan yang terletak di sebelah barat dan selatan Selat Melaka yang meliputi Riau dan sekitarnya dikuasai Belanda. Sedangkan wilayah yang terletak di sebelah timur dan utara Selat Melaka yang meliputi Singapura dan Tanah Semenanjung dikuasai Inggris.

Mengingat Melaka berada di wilayah kekuasaan Inggris, sedangkan berdasarkan Kesepakatan Wina dan Konvensi London, Melaka harus diserahkan kepada Belanda, sebagai jalan keluar, Melaka dipertukarkan dengan Bengkulu yang pada masa itu masih dikuasai Inggris. Akhirnya Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda, dan Belanda memulangkan Melaka kepada Inggris.
Enam tahun setelah singapura dibangun, pelabuhan dan pusat perdagangan Singapura telah meraih omzet sebesar 2.610.440 pound pertahun. Sebagai perbandingan di masa itu, Melaka yang sudah lama dibangun masih pada angka 300.000 pound, dan Pulau Pinang 1.000.000 pound. Begitulah pesatnya perkembangan Singapura, sehingga menempati posisi 10 besar pelabuhan teramai di dunia pada masa itu (sekarang posisi 4 besar dunia).

Apa jadinya seandainya tidak ada Traktat London tersebut? Sayang sejarah tidak mengenal kata seandainya.

Bahan Bacaan:

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman Putra, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2005.

Ahmad Dahlan, Phd, Sejarah Melayu, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, Cetakan Pertama, 2014

Serta sumber-sumber lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun