Mohon tunggu...
Rudi Hartono
Rudi Hartono Mohon Tunggu... PNS -

Ingin seperti padi: Semakin berisi semakin merunduk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hari Ini Malaysia Berulang Tahun (Terpisah dengan Indonesia Akibat Trakta London)

31 Agustus 2015   09:11 Diperbarui: 31 Agustus 2015   10:02 12263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

atraksi tarian dari berbagai etnis di Malaysia

Indonesia – Malaysia Pisah Karena Inggris dan Belanda.

Pada mulanya wilayah Indonesia menyatu dengan wilayah Malaysia sekarang, khususnya antara kawasan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, ditambah dengan beberapa daerah sekitarnya dengan Semenanjung Tanah Melayu dan Singapura.

Kawasan itu terbelah dua seperti sekarang akibat perjanjian Inggris dengan Belanda yang dikenal dengan sebutan Traktat London, ditandatangani tanggal 17 Maret 1824. Isinya antara lain:
1. Belanda mengakui Singapura sebagai milik Inggris;
2. Untuk menghindari perselisihan di masa depan, Inggris dan Belanda membatasi kepentingan keduanya pada daerah khusus;
3. Daerah khusus dimaksud dipisahkan oleh Selat Melaka. Kawasan yang terletak di sebelah barat dan selatan Selat Melaka yang meliputi Riau dan sekitarnya dikuasai Belanda. Sedangkan wilayah yang terletak di sebelah timur dan utara Selat Melaka yang meliputi Singapura dan Tanah Semenanjung dikuasai Inggris.

Mengingat Melaka berada di wilayah kekuasaan Inggris, sedangkan berdasarkan Kesepakatan Wina dan Konvensi London, Melaka harus diserahkan kepada Belanda, sebagai jalan keluar, Melaka dipertukarkan dengan Bengkulu yang pada masa itu masih dikuasai Inggris. Akhirnya Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda, dan Belanda memulangkan Melaka kepada Inggris.
Enam tahun setelah singapura dibangun, pelabuhan dan pusat perdagangan Singapura telah meraih omzet sebesar 2.610.440 pound pertahun. Sebagai perbandingan di masa itu, Melaka yang sudah lama dibangun masih pada angka 300.000 pound, dan Pulau Pinang 1.000.000 pound. Begitulah pesatnya perkembangan Singapura, sehingga menempati posisi 10 besar pelabuhan teramai di dunia pada masa itu (sekarang posisi 4 besar dunia).

Apa jadinya seandainya tidak ada Traktat London tersebut? Sayang sejarah tidak mengenal kata seandainya.

Bahan Bacaan:

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman Putra, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2005.

Ahmad Dahlan, Phd, Sejarah Melayu, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, Cetakan Pertama, 2014

Serta sumber-sumber lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun