Sehari setlah Barisan Nasional memenangi pemilihan umum tahun 1955, semasa Malaysia masih di bawah Inggris, beliau bertemu untuk pertama kalinya dengan Pesuruhjaya tinggi British (Wakil Tinggi Ratu Inggris di Malaysia), Donald MacGillivray, tanggal 3 Juli 1955
Walaupun perundingan itu cukup maju tetapi belum seperti yang diharapkan rakyat Malaysia.
Selanjutnya Tunku Abdur Rahman Putera bertemu dengan setiausaha Tanah Jajahan British, Alan Lennox Boyd, di London untuk menandatangani perjanjian kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu, dengan syarat Malaysia harus menjadi anggota Commenwael (persekutuan negara bekas jajahan Inggris), tetap adanya Wakil Mahkota Tinggi Inggris di Malaysia, dan urusan Pertahanan.
Puncak perundingan menuju kemerdekaan ditandatangi 5 Ogos 1957 antara wakil Ratu Inggris, Donal Charles MacGillivray dengan raja-raja Melayu. Tanggal ikrar merdeka ditetapkan tanggal 31 Agustus 1957, bertempat di Stadium Merdeka, Kuala Lumpur.
Sebelum itu Bendera Inggris Union Jack diturunkan secara resmi tanggal 30 Agustus pukul 12.00 waktu Malaysia. Bersamaan dengan itu dinaikkan pula Bendera Tanah Melayu, Jalur Gemilang.
Dengan tangan menggenggam ke ke udara, Tunku Abdurrahman melaungkan Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Pukul 11 dilakukan upacara angkat sumpah Yang Dipertuan Agong (Kepala Negara Malaysia) pertama di Federal House, Kuala Lumpur. Selanjutnya Yang Dipertuan Agung memperkenan untuk diadakan pelantikan Perdana Menteri (Kepala Pemerintahan) dan Kabinet pertama Malaysia.