Cerita Lain Kesuksesan Program Pengadaan Embung
Pada 2015, embung pun dibangun. Menurut Ketua Kelompok Tani Darma Tirta di Desa Wlahar Wetan, Sumarno, cara ini ternyata bermanfaat bagi petani. Bila dulu mereka pasrah pada nasib selama musim kemarau, kini mereka sudah bisa menanam padi dalam dua kali setahun. Bahkan saat kemarau tiba, mereka masih bisa menanam palawija.
Bahkan, embung ternyata tidak hanya efektif untuk musim kemarau. Lahan kritis pun bisa dijadikan area perkebunan, karena dialiri dengan air lewat embung.
Sekilas Tentang Embung dan Manfaatnya
Dari kedua kisah di atas, kita dapat mengetahui bahwa embung adalah cekungan yang dipakai untuk menampung air hujan. Air hujan yang ditampung (atau ditabung) berikutnya akan dimanfaatkan untuk menambah kualitas air, baik di sungai maupun di danau. Bagi petani, embung ibarat penyelamat mereka selama musim paceklik.
Dengan adanya embung (atau retention basin dalam Bahasa Inggris), inilah beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh warga desa:
- Embung dapat mengairi areal sawah, terutama saat musim kemarau. Hasil pertanian dapat meningkat, yaitu panen dalam dua-tiga kali per tahun.
- Embung juga dapat mengalirkan air ke lahan yang tandus sehingga bisa jadi area perkebunan.
- Dapat dijadikan budidaya perikanan.
Lalu, bagaimana dengan warga kota, terutama Jakarta? Meskipun sebentar lagi tidak akan menjadi ibukota pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta sudah sangat terkenal sebagai kota yang rawan kekurangan air bersih. Bagaimana tidak? Lahan hijau semakin berkurang, lantai beton memanjang.
Intinya, pembangunan industri (alih-alih memperkuat sektor agraria) justru berdampak buruk pada akses untuk air bersih. Akibatnya, kita lebih banyak membeli air dalam kemasan botol plastik. Hasilnya, pengeluaran berlebih dan jumlah sampah plastik kian menumpuk -- dan ujung-ujungnya mencemari air laut. Jadinya malah merepotkan juga, bukan?
Menabung Air Hujan Ala Penduduk Urban
Lalu, bagaimana dengan penduduk urban seperti di Jakarta? Apakah mereka harus ikut menabung air hujan demi mendapatkan manfaat yang sama? Apalagi, lahan hijau di Jakarta sudah semakin langka akibat banyaknya jalan raya dan gedung-gedung bertingkat tinggi.
Jujur saja, saya belum pernah mencobanya. Seperti yang sudah saya ceritakan di awal tulisan ini, saya hanya pernah mendongak saat hujan untuk meminum air curahannya. Cara ini sebenarnya juga tidak bisa dibilang sehat dan aman, mengingat ucapan guru Geografi di SMP saya dulu.