Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belum Saatnya

13 Agustus 2018   13:24 Diperbarui: 13 Agustus 2018   13:38 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu hasil apaan, Ma?"

Untunglah, beliau langsung mengajakku duduk di kafe dan memesan minuman. Cappuccino untukku dan air mineral untuk beliau.

Aku deg-degan. Apa yang harus kuceritakan pada Mama? Untunglah beliau langsung menunjukkan hasil x-ray-nya. Aku langsung lemas.

"Hipertensi Mama sudah kena jantung." Beliau tampak tidak senang, namun berusaha keras tidak menunjukkannya. Beliau selalu begitu: tegar luar biasa.

Tidak manja dan lemah seperti anaknya. Tapi kata Winn aku tidak boleh terlalu keras sama diri sendiri.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Mama lagi. "Tahu gitu kita barengan tadi."

Aku tersenyum. Tegakah aku? Kurasa, sekarang bukan waktu yang tepat.

"Cuma medical check-up, Ma."

R.

unsplash
unsplash

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun