Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belum Saatnya

13 Agustus 2018   13:24 Diperbarui: 13 Agustus 2018   13:38 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti jalanan di depanku malam itu. Kuakui, kadang aku suka aneh. Sengaja berlama-lama memandangi ke luar jendela dapur. Aku baru tersentak saat Winn, sahabatku, mendesis:

"Kamu ngapain?!"

Momen yang tepat baginya untuk menarik tanganku. Telapakku sudah berdarah-darah. Winn merebut pisau itu dari tanganku.

Tanpa sadar, aku telah menggenggam mata pisau itu erat-erat dan terlalu lama.

Dre, sahabatku yang satu lagi sekaligus suami Winn, tampak pucat di belakang istrinya. Sementara itu, Winn dengan sigap menyingkirkan pisau dan berusaha menahan pendarahan di tanganku.

"Honey," perintahnya pada Dre. "Get the first aid kit. Quick!"

Segera setelah mengobati dan membebat tanganku, mereka menyuruhku duduk. Dre langsung mengepel dapur. Winn duduk dan menyentuh bahuku. Wajahnya tampak prihatin.

"Rana..." Dia langsung memelukku saat aku menangis. Malam itu, aku benar-benar membenci diri sendiri.

Apa yang telah kulakukan? Mereka ke sini untuk berlibur, bukan untuk kurepotkan.

"It's okay...sshhh...it's gonna be okay..."

-***-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun