Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Di Rumah Denganmu"

17 Februari 2016   12:52 Diperbarui: 17 Februari 2016   13:26 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mataku menetes saat mulai memikirkan Mama, tapi aku segera mengusapnya. Kuhabiskan roti dan jus jeruk. Aku harus tetap kuat.

Aku tidak tahu mengapa dia menculikku. Katanya dia mencintaiku dan hanya ingin selalu bersamaku. Dia bahkan tidak peduli saat aku menangis dari balik pintu terkunci:

"Tolong, aku nggak mau di sini! Aku mau pulang! Aku nanti dicari Mama!"

Ucapanku membuatnya menangis, tetapi dia mengancam akan membunuhku sebelum melepaskanku...

“If it's a broken pot, replace it

If it's a broken arm then brace it

If it's a broken heart then face it...”

--- // ---

Dia pulang malam itu. Kuputuskan untuk mulai mengikuti kemauannya. Tak hanya merangkulnya, kali ini kubalas ciumannya.

"Senangnya sudah pulang," gumamnya sambil tersenyum. "Senangnya di rumah denganmu."

Mungkin aku bisa mengulur waktu – dan perlahan membuatnya lengah. Setelah bisa bebas, barulah harus kutemukan jalan pulang ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun