Mohon tunggu...
Sulistiyo Kadam
Sulistiyo Kadam Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati ekonomi, interaksi manusia, dan kebijakan publik

Kumpulan Kata dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jakarta sebagai Destinasi Wisata, Mungkinkah?

7 Juli 2018   21:25 Diperbarui: 8 Juli 2018   21:35 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya cukup mengecewakan karena kota-kota Asia seperti Hongkong, Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur masuk dalam 10 besar dengan jumlah kunjungan di atas 12 juta sampai 25 juta per tahun.

Namun, harapan tetap ada dan kita patut optimis karena jumlah kunjungan ke Jakarta dan juga Denpasar melonjak masing-masing 48,5% dan 52,9% dari 2016 ke 2017 atau tertinggi di antara 100 negara yang masuk daftar. Kebijakan bebas visa yang diterapkan pemerintah disebut telah berhasil mendongkrak jumlah kunjungan. 

Namun apalah artinya tingkat kunjungan yang meningkat kalau para traveller itu hanya pulang dengan membawa cerita buruk tentang Jakarta.

Upaya untuk mengubah persepsi Jakarta sebagai kota paling stressful di dunia perlu dilakukan segera sebelum terlambat, atau mungkin sebelum semakin parah. Infrastruktur dasar, transportasi umum, kebersihan, kerapihan, dan juga keamanan mesti mendapatkan prioritas.

Bukan hanya sekali ini saja saya mendapati ulasan buruk tentang Jakarta. Saya telah mendengarkan kekecewaan beberapa turis asing dan teman dari luar negeri yang berkunjung ke Jakarta. Begitu banyak kekecewaan yang saya dengar hingga saya berhenti mempromosikan dan mengundang teman atau kenalan untuk datang.

Kalau saya belum bisa menyelematkan wajah Jakarta, wajar kalau saya perlu menyelamatkan wajah saya sendiri. 

Tiga tahun yang lalu dalam penerbangan Denpasar-Jakarta, saya duduk di sebelah turis asal Mesir yang baru saja menghabiskan liburan di Bali.

Dengan mata berbinar-binar, dia menceritakan bagaimana dia bersyukur memutuskan datang ke Bali saat sebagian besar temannya biasanya pergi ke Thailand.

Pantai-pantai yang menawan, budaya yang begitu unik, alam yang penuh petualangan, gunung, sungai, danau, suasana malam yang meriah dan menarik, serta tentu saja orang Bali yang ramah serta keamanan yang terjamin. 

Dia cerita bagaimana dia tidak habis pikir setelah 3 jam memarkir motor dengan kunci masih di stang karena lupa, motor tersebut masih berada di tempatnya padahal suasana sangat rame. Semua pengalaman itu diceritakan dengan berapi-api dan saya yakin saat pulang dia akan bercerita serupa kepada keluarga dan teman-temannya. Bali memang layak mendapatkan kehormatan itu.

Saat saya tanya kenapa tidak mampir di Jakarta, dia bilang bahwa dia sangat kecewa dengan Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun