Mohon tunggu...
Rustam
Rustam Mohon Tunggu... Jurnalis - Kuli tinta

Menulis dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuasa Hati

1 November 2019   18:22 Diperbarui: 1 November 2019   18:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dg Naungi sendiri telah menjual dua sapi miliknya untuk bertahan hidup. Kini hanya tinggal 9 ekor sapi digembala oleh Kondra.

Namun, sayanya kondisi pusat yang mulai tidak stabil, pasca krisis moneter yang menimpa membuat presiden saat itu harus putar otak membuat rancangan kebijakan. Harga minyak tanah juga mulai naik drastis. Membuat warga di kampung yang tinggali Kondra juga terkena imbasnya.

Keadaan semakin sulit pasca kemarau berkepanjangan dan krisis moneter. Namun hal itu tak berarti banyak bagi Kondra, ia lebih dipusingi dengan kabar akan menikahnya pujaan hatinya.

Baru saja Rannu dilamar oleh warga kampung sebelah, Desa Akpabajiki Nyawa. Kabar itu sontak membuat dadanya bergetar. Hari itu dia tidak fokus mengembala. Pikirannya bergelayut, takut jika akhirnya kekasih pujaan hatinya dipinang laki-laki lain.

***
Waktu telah menujukkan pukul 10 malam, tak biasanya Kondra masih terjaga. Jiwa gelisahnya membuat matanya tak bisa terpejam. Ia akhirnya memberanikan diri, menyelinap ke halaman rumah Rannu. Tepat dibawah kamar Rannu ia mengetok lantai kayu kamar sebanyak tiga kali secara perlahan agar tak membangunkan orang lain di rumah Rannu.

Rannu yang ternyata juga belum terjaga pun mulai terdengar membuka jendela kamarnya. Kondra lalu bergegas menuju jendela, ia lalu dengan bahasa isyarat tangan memintanya bertemu untuk bicara dengan Rannu di pohon Mangga sekirar lima puluh meter dibelakangan rumah Rannu.

Rannu dengan langkah hati-hati bergegas menemui permintaan Kondra. Dua sejoli itu pun bertemu. Tampak wajah Rannu basah, sisa air mata masih terlihat dirautnya.

"Kondra, bagaimanami ini. Kah naterimami lamaranya itu laki-laki amboku?" tanya Rannu penuh harap.

Kondra yang dalam kekalutan yang sungguh juga tak bisa bicara apa-apa. Ia hanya terus memengani kepalanya. "Jawabki Kondra" desak Rannu.

Kondra belum mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya terlihat gelisah. "Kondra, bulan depanmi pestanya" Rannu mulai mencecar.

Malam semakin pekat. Setelah beberapa lama berbicara, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun