"Tama, keterbatasaan Kamu bukan halangan untuk terus kedepan. Percaya, Kami bertiga bakalan temanin Kamu mengikuti perlombaan. Lomba film pendek itu menggunakan tim."
Hinan berusaha meyakinkan Tama untuk mengikuti perlombaan. Bakat yang Tama miliki sangat sayang jika tidak dikembangkan. Ditambah, sekolah sedang membutuhkan siswa-siswi yang memiliki bakat dalam film pendek.
"Aku pikirkan dulu, Aku juga harus mendapatkan restu Bunda."
" Jika Bunda ragu, biar kami yang membujuk."
"Nanti sore kita harus berkumpul di rumah Tama. Sebelum itu, kita harus beli telur gulung di tempat Pak Tatang," Renal sangat bersemangat.
"Iya, boleh Renal," tutur Tama.
***
"Abang, Bunda tidak melarang Abang untuk mengikuti perlombaan. Tapi pertanyaan Bunda, Abang beneran mau ikut lomba?"
Setelah pulang sekolah, Tama memberanikan diri untuk meminta izin Bunda. Sebenarnya Tama takut, Bunda sangat protektif terhadapnya, hidup Tama sangat tertara  oleh sang Bunda. Namun, Tama tidak pernah marah, ia mengerti yang Bunda lakukan demi kebaikan.
Tama heran kenapa Bunda tidak marah, malahan seperti mendukung dan menyerahkan keputusan padanya. Apa mungkin Bunda percaya pada Hinan karena Hinan adalah teman Tama yang paling dekat dengan Bunda.
"Masih ragu, Bun. Abang tidak percaya diri menggunakan kursi roda."